
Foto Palinfo (Pusat Informasi Palestina)
Di desa Yarmouk, di pusat Kota Gaza, hari itu rudal Israel yang sangat mematikan membuat langit mendidih bertaburan api, dan tanah meledak di bawah kaki anak-anak.
Mengutip Palinfo bahwa pada Kamis , 24 April sore itu berlumuran darah akibat rudal Israel menghantam rumah keluarga Faraj, menelan orang-orang yang dicintainya dan suara jeritan, darah, dan potongan tubuh beterbangan ke segala arah.
Dalam sebuah video yang didokumentasikan oleh para aktivis, pemandangan itu menyerupai mimpi menyeramkan dimana seorang gadis kecil mengenakan gaun merah muda, berlumuran abu dan debu, hanya separuh tubuhnya yang masih tersisa, menempel di atap beton rumah tetangga.
Di sebelahnya ada Ali, seorang anak yang berusia tidak lebih dari tujuh tahun, terbaring di sana… ia tidak tahu bagaimana atau mengapa, yang ia tahu hanyalah bahwa semuanya telah berubah dalam sekejap.
Ali, dibawa ke Rumah Sakit Kuwait dalam kondisi kritis, dan ibunya, Naseeba, yang secara ajaib lolos dari kematian, masih berjuang mengumpulkan kata-kata mengingat tragedi itu. “Rumah kami lenyap. Suami saya, anak-anak saya, saudara laki-laki saya dan anak-anaknya, saudara perempuan saya dan anak-anaknya… mereka semua telah tiada. Hanya Ali yang tersisa untuk saya, dia terlempar karena dahsyatnya ledakan hingga ke atap tetangga. Kami tidak percaya bahwa ia masih hidup.”
Suaranya yang kelelahan di rumah sakit sulit untuk dilupakan. Ia berkata, “Saya bersama ayah saya… Tiba-tiba, semuanya meledak. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya jatuh… Lalu saya menemukan diri saya di sini, kepala saya sakit.” Matanya yang tertegun menceritakan sebuah kisah yang tidak dapat ia gambarkan, tubuhnya yang kecil menanggung bekas luka kejahatan yang tidak mungkin dilupakan.
Koresponden Al Jazeera Anas Al-Sharif mengomentari kejadian yang menimpa Ali, dengan mengatakan, “Anak ini, Ali Faraj Faraj, secara ajaib selamat dari pembantaian yang dilakukan oleh pesawat penjajah Israel di Gaza utara, di mana ayahnya dan lima saudara perempuannya yang masih anak-anak gugur syahid, sementara ibunya menderita luka parah.”
Serangan terhadap rumah keluarga tersebut menggunakan bom yang sangat merusak, melemparkan mayat anak-anak ke lantai atas dan meninggalkan kebisuan yang memekakkan telinga di lingkungan yang terbiasa dengan perang, tetapi tidak dengan kematian anak-anak.
Sejak dimulainya kembali agresi pada tanggal 18 Maret, perempuan dan anak-anak telah memenuhi daftar korban. Lebih dari 15.000 anak telah terbunuh di Gaza dalam beberapa bulan terakhir, dan 33.000 lainnya luka-luka . Ribuan keluarga terus diderita oleh penderitaan tanpa adanya obat-obatan, dan langit terbuka tanpa atap melindungi mereka.