
Sumber Aljazeera
Pakar militer Mayor Jenderal Fayez al-Duwairi mengatakan bahwa penyergapan di desa Sultan, sebelah barat Rafah (Jalur Gaza selatan), menegaskan bahwa tidak ada satupun wilayah di Jalur Gaza yang tidak dihuni pejuang perlawanan. Hal itu juga merusak rencana Israel untuk memindahkan para pengungsi.
Mengutip Aljazeera yang mewawancarainya, al-Duwairi menjelaskan bahwa penyergapan di desa Sultan mengingatkan kita pada penyergapan perlawanan yang terjadi beberapa hari terakhir di lingkungan Shuja’iyya dan al-Tuffah di sebelah timur Kota Gaza, dan di Beit Hanoun di utara.
Pakar militer tersebut tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa Brigade Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), akan merilis video yang mengungkap detail paling rinci dari penyergapan yang rumit ini.
Menurut Al-Duwairi, perlawanan menghadang pasukan dan kendaraan Israel saat mereka maju lebih dalam ke daerah tersebut, sambil menjelaskan bahwa desa Sultan telah hampir hancur total dan dikepung.
Berdasarkan kondisi tersebut, Israel menyangka telah sepenuhnya melenyapkan pejuang perlawanan di daerah tersebut dan bahwa daerah tersebut aman. Oleh karena itu, Israel berencana untuk memindahkan para pengungsi dari daerah pesisir Al-Mawasi ke desa Sultan.
Al-Duwairi menyoroti karakter unik desa Sultan, karena ia menjadi saksi banyak penyergapan, termasuk syahidnya Yahya Sinwar, kepala biro politik Hamas. Ia menggambarkan Sinwar sebagai ikon 7 Oktober 2023.
Ia menekankan bahwa tentara penjajah telah membayar harga yang mahal dalam semua serangan darat sebelumnya ke Tel Sultan sebelum menarik diri dari daerah tersebut.
Pada hari Kamis (1/5/2025), Brigade Qassam mengumumkan rincian penyergapan kompleks di Jalan Al-Tayaran di lingkungan Tel al-Sultan, yang mengungkap bahwa penyergapan itu terjadi pada sore hari tanggal 27 April.
Brigade Qassam melaporkan melalui Telegram bahwa para pejuangnya berhasil memancing pasukan Israel yang terdiri dari empat jip militer Hummer dan sebuah truk militer Amolicia ke dalam penyergapan yang direncanakan dengan baik. Qassam menjelaskan bahwa para pejuang menargetkan mereka dengan beberapa alat peledak “Shwaaz” dan “fedayeen”.
Setelah menargetkan pasukan Israel, Brigade Qassam mengungkapkan bahwa beberapa pejuangnya maju ke arah tentara Israel yang tersisa dan menyerang mereka dari jarak “nol”, sambil menegaskan itu mengakibatkan musuh menderita korban tewas dan cedera.
Laju operasi perlawanan di Jalur Gaza telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, dan berbagai faksi telah mengumumkan penyergapan terhadap pasukan dan kendaraan Israel menggunakan alat peledak, rudal anti personel dan anti tank, dan operasi penembak jitu (Aljazeerah/Kho).
Sumber: