
Foto kantor berita Quds Press
Presiden AS Donald Trump mengumumkan dalam sebuah pernyataan mengejutkan pada hari Selasa (6/5/2025) bahwa negaranya akan “segera” menghentikan serangan udara di Yaman, sambil menjelaskan bahwa negaranya telah menerima pesan dari kelompok Houthi: “Hentikan pemboman Yaman dan kami akan berhenti membidik kapal-kapal.”
Mengutip kantor berita Quds Press, analis politik Ahmed Al-Hila berpendapat bahwa sikap AS ini mencerminkan meningkatnya kesadaran bahwa betapa sia-sianya opsi militer udara dalam menyelesaikan pertempuran, serta meningkatnya ketakutan akan biaya operasi ini.
Menurut sumber-sumber AS, biaya rudal pintar yang digunakan dalam serangan angkatan laut berkisar antara $2 dan $4 juta per rudal, dan biaya operasi baru-baru ini diperkirakan sekitar $3 miliar.
Al-Hila, dalam sebuah unggahan Facebook yang mengomentari pengumuman Trump, ia menjelaskan bahwa Washington tampaknya tidak siap untuk terlibat dalam perang terbuka di Yaman, mengutip preseden penarikan pasukan AS dari Afghanistan menyusul perjanjian yang ditandatangani dengan Taliban pada Februari 2020 selama masa jabatan pertama Trump, setelah melewati perang selama 20 tahun yang tidak meyakinkan.
Ia juga yakin bahwa Washington ingin menghindari keterlibatan dalam perang atrisi jangka panjang di Yaman, terutama mengingat meningkatnya ketegangan dengan Tiongkok, yang memantau dengan cermat perkembangan di Timur Tengah.
Al-Hila yakin bahwa perubahan posisi Amerika ini dapat mempermalukan Israel, yang tidak memiliki kapasitas untuk terlibat dalam konfrontasi sepihak dengan Yaman, mengingat jarak geografis dan sulitnya akses militer secara langsung.
Al-Hila menyimpulkan analisisnya dengan mengharapkan Sana’a untuk menanggapi dengan sikap yang seimbang, membatasi operasi militernya terhadap Israel dengan mendukung Gaza dan dihentikannya pembantaian, sambil menghindari penargetan pasukan Amerika atau kapal komersial internasional, sebuah sikap yang konsisten dengan pernyataan Houthi sebelumnya. (QudsPress/Kho)
Sumber: