
Foto Pusat Informasi Palestina
Gaza – Di saat seluruh dunia mengantisipasi “gerbang neraka” yang diancam akan dibuka oleh Presiden AS Donald Trump, dalam masa jabatannya di Gedung Putih, untuk Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) jika tidak juga membebaskan tahanan Israel yang ditahannya, Brigade Al-Qa554m, sayap militer Hamas, mengejutkan dunia dengan mengungkapkan bahwa “gerbang neraka” yang sebenarnya adalah yang telah diputuskan olehAl-Qa554m dibuka untuk penjajah, tentaranya, pemerintahannya, dan masa depan konfliknya di kawasan ini.
Mengutip Pusat Informasi Palestina pada Kamis 8 Mei 2025, 23:57 bahwa Brigade Al-Qa554m tidak membebaskan tahanan Israel sesuai dengan persyaratan dari penjajah, mereka juga tidak menanggapi ancaman Trump. Sebaliknya, mereka berpegang tegung kepada persyaratannya dalam sebuah perjanjian komprehensif demi menghentikan agresi terhadap Gaza dan penarikan penuh Israel dari Jalur Gaza.
Karenanya pemerintah sayap kanan Israel berusaha mendesak Trump untuk mendukungnya dalam membatalkan perjanjian yang disepakati pada 19 Januari. Israel melanjutkan agresi biadabnya pada 18 Maret, setelah memutuskan untuk memberlakukan blokade penuh di Jalur Gaza. Trump menyetujui keinginan Netanyahu dan kelompok sayap kanannya, dengan harapan dapat mengakhiri perang dengan cara mereka sendiri dengan menghancurkan perlawanan dan menggusur penduduk Gaza.
Hampir dua bulan setelah penjajah melanjutkan agresinya terhadap Gaza, semua orang terbangun oleh “Gerbang Neraka” yang menyala-nyala. Namun, perlawananlah yang membukanya, dan yang terbakar adalah tentara penjajah. Meskipun penjajah belum mencapai satu pun tujuannya hingga saat ini, perlawanan telah memberinya pelajaran yang keras dengan mengumumkan peluncuran serangkaian operasi “Gerbang Neraka”, yang diumumkannya kemarin, Rabu, setelah melakukan sejumlah operasi brutal dan kualitatif, yang mengakibatkan kerugian besar di barisan tentara penjajah, termasuk yang tewas dan terluka.
Operasi Berturut-turut
Operasi terbaru ini diumumkan oleh Brigade Al-Qa554m kemarin sore, Kamis (8/5/2025), yang menargetkan pasukan Israel di kota Rafah, sebelah selatan Jalur Gaza. Salah satu operasi ini menargetkan pasukan infanteri Zionis yang terdiri dari tujuh orang dengan alat peledak berkekuatan tinggi di desa Tannour di sebelah timur kota.
Dalam sebuah pernyataan hari ini, Al-Qassam menjelaskan bahwa mereka mengamati “sisa-sisa sejumlah tentara Israel yang berserakan di tempat kejadian setelah pasukan Zionis menjadi sasaran di Rafah,” dengan mencatat bahwa operasi ini merupakan bagian dari serangkaian operasi “Gerbang Neraka”.
Setelah operasi ini, Brigade Qassam mengumumkan bahwa para pejuangnya terlibat dalam bentrokan sengit di Rafah. Media Israel melaporkan bahwa sejumlah tentara Israel tewas dan yang lainnya terluka dalam “insiden keamanan yang sulit” untuk kedua kalinya di hari itu.
Situs web berbahasa Ibrani Hadashot Be’Zaman melaporkan bahwa insiden keamanan yang sulit terjadi di Gaza. “Sebuah alat peledak diledakkan terhadap pasukan Brigade Golani, menyebabkan sebuah bangunan runtuh,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa satu orang tewas dan beberapa orang terluka parah terjebak di bawah reruntuhan.
Situs web berbahasa Ibrani Hadashot melaporkan bahwa pasukan tentara Israel menghadapi kesulitan mengevakuasi korban tewas dan terluka dari lokasi insiden keamanan di Rafah itu karena intensitas pertempuran.
Dilaporkan bahwa empat helikopter mendarat di lokasi tersebut di tengah bentrokan hebat, sementara helikopter lainnya melakukan pencarian dengan tembakan untuk mengamankan evakuasi korban tewas dan terluka.
Hari Kepahlawanan Baru
Platform pemukim melaporkan bahwa 13 tentara tewas dan terluka di gedung yang dibom. Jumlah korban tewas sebenarnya sejauh ini adalah 3 tentara, 7 terluka, 4 di antaranya luka parah, dan 3 lainnya terjebak dan menunggu pertolongan, tanpa rincian tentang status kesehatan mereka.
Bersamaan dengan insiden tersebut, Brigade Al-Qa554m mengunggah di Telegram: “Pejuang Al-Qassam terlibat dalam bentrokan sengit dari jarak den nol dengan tentara dan kendaraan musuh di area penyerbuan di desa Al-Janina, timur Rafah, di Jalur Gaza selatan.”
Dalam pernyataan lain, Brigade Al-Qa554m mengumumkan bahwa sebagai bagian dari rangkaian operasi “Gerbang Neraka”, para pejuang kami menargetkan pasukan teknik Zionis yang terdiri dari 12 tentara yang bersiap untuk melakukan operasi pembongkaran di dalam sebuah rumah di dekat Persimpangan Al-Fida’i di desa Al-Tanour di timur Rafah, selatan Jalur Gaza. Serangan itu dilakukan dengan dua rudal anti-personel dan anti-tank, yang mengakibatkan ledakan besar di dalam rumah dan jatuhnya korban di antara anggota pasukan. Al-Qa554m mengonfirmasi bahwa sebuah helikopter telah mendarat untuk mengevakuasi para prajurit.
Brigade tersebut menyatakan: “Para pejuang kami mengamati sisa-sisa beberapa prajurit penjajah yang berserakan di tempat kejadian.”
“Gerbang Neraka”
Operasi ini dilakukan satu hari setelah Brigade Qassam mengumumkan dimulainya serangkaian operasi “Gerbang Neraka” terhadap pasukan penjajah. Dalam pernyataan salah satu pejuangnya, Brigade mengancam akan “meluncurkan serangkaian operasi Gerbang Neraka untuk memastikan bahwa Rafah, setelah satu tahun pertempuran, telah dan terus menghilangkan ilusi kalian dan merenggut nyawa prajurit kalian. Biarkan Gerbang Neraka dibuka lebar-lebar, dan biarkan setiap rumah dan setiap gang di Rafah menjadi bom waktu yang merenggut nyawa pasukan elit kalian.”
Menurut pernyataan Qassam, pada hari Rabu, para pejuang perlawanan berhasil memikat pasukan infanteri Israel yang terdiri dari 10 tentara dan dua anjing militer ke dalam penyergapan yang dipersiapkan dengan baik, yang dilengkapi dengan beberapa alat peledak, di dekat persimpangan Al-Mashrou’ di sekitar Masjid Al-Zahraa di lingkungan Al-Junaina, sebelah timur Rafah. Penyergapan tersebut mengakibatkan kematian dan cedera pada seluruh pasukan.
Pejuang Al-Qa554m mengakhiri pernyataannya dengan mengatakan, “Pesan kami kepada rakyat kami dan rakyat merdeka di Jalur Gaza secara umumnya, dan rakyat Rafah yang teguh pada khususnya, adalah bahwa hari ini cabang pohon ini berdiri di depan akarnya yang kokoh, dengan mengatakan: Kami berjanji dan berikrar bahwa kami akan tetap di sini di tanah kami, membela kalian, agama kami, dan tanah air kami yang tercinta.”
BrigadeAl-Qa554mm menyiarkan rekaman penyergapan berlapis terhadap tentara dan kendaraan Israel yang telah menembus desa Al-Janina, dengan menyatakan bahwa “begitu pasukan tiba di lokasi penyergapan, para pejuang perlawanan mengaktifkan alat peledak, menewaskan dan melukai sejumlah tentara Israel.” Pernyataan tersebut menambahkan bahwa para pejuangnya memantau helikopter Israel yang mendarat di daerah tersebut untuk mengevakuasi korban tewas dan luka-luka.
Penyergapan Al-Qa554m
Dalam pernyataan terpisah, Brigade Al-Qa554m mengumumkan tewasnya dan terlukanya sejumlah tentara Israel yang bersembunyi di dalam sebuah rumah di sebelah timur Rafah dengan ditembak dua rudal TBG. Para pejuang mereka kemudian maju ke lokasi tersebut dan membunuh tentara yang tersisa dengan senjata ringan dari jarak nol.
Dua hari sebelum pernyataan ini, Brigade Qassam mengumumkan pelaksanaan operasi penting lainnya. Para pejuangnya meledakkan ladang ranjau yang telah diposisikan sebelumnya yang menargetkan pasukan mekanis Israel yang bergerak maju di Jalan al-Awda di sebelah timur daerah al-Farahin di sebelah timur Khan Yunis, menewaskan dan melukai sejumlah tentara.
Pada hari Ahad, Brigade Al-Qa554m mengungkapkan rincian penyergapan serupa yang dilakukannya di Rafah. Para pejuangnya berhasil memikat pasukan Israel ke dalam terowongan yang telah diledakkan sebelumnya. Operasi tersebut dimulai dengan bentrokan dengan pasukan tersebut, yang menewaskan beberapa dari mereka dari jarak dekat nol. Mereka juga menyerang dua tank Israel dengan rudal Al-Yassin 105mm.
Tentara Israel mengumumkan tewasnya Kapten Noam Ravid (23 tahun) dan Prajurit Yehili Sarur (20 tahun), keduanya anggota unit elit Yahalom dari korps teknik, menyusul ledakan terowongan di Rafah.
Bertentangan dengan angka yang diumumkan, tentara Israel dituduh menyembunyikan jumlah sebenarnya korbannya, terutama mengingat banyaknya pengumuman oleh faksi-faksi Palestina tentang operasi dan penyergapan terhadap personilnya, yang mengonfirmasi bahwa operasi tersebut mengakibatkan kematian dan cedera.
Buah dari Badai Al-Aqsa
Serangkaian operasi “Gerbang Neraka” merupakan salah satu buah dari Badai Al-Aqsa. Perlawanan Palestina telah memaksakan kehendaknya kepada penjajah dan para pendukungnya sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, dan telah mendorong poros perlawanan di Lebanon, Yaman, dan Irak untuk terlibat dalam pertempuran. Yang paling menonjol dari semua ini adalah peran Yaman dalam memblokir lalu lintas udara Israel pada hari Ahad lalu.
Salah satu “Gerbang Neraka” yang dibuka oleh perlawanan di Israel menimbulkan ketidakpuasan di kalangan perwira dan prajurit penjajah karena perlakuan keras dan kasar yang mereka alami selama perang. Hal ini telah menyebabkan berkurangnya secara signifikan dari prajurit cadangan dalam tentara Israel, serta krisis dalam perekrutan Haredim.
Militer Israel hari ini mengumumkan telah menangkap 340 tentara cadangan yang berusaha melarikan diri dari Israel melalui Bandara Ben Gurion untuk menghindari tugas sejak Januari 2025.
Surat kabar berbahasa Ibrani Haaretz melaporkan, mengutip sebuah studi oleh Universitas Tel Aviv, bahwa satu dari delapan tentara Israel yang bertempur di Gaza secara mental tidak layak untuk kembali bertugas. Surat kabar itu menambahkan bahwa 12% dari tentara cadangan yang bertempur di Gaza melaporkan gejala gangguan stres pascatrauma yang parah.
Kejutan Trump
Di sisi lain, perlawanan telah membuka pintu lain yang lebih eksplosif dibanding yang lain yaitu terkait sikap Amerika yang terus berkembang terkait pemerintahan Netanyahu dan kebijakannya di kawasan tersebut.
Kepatuhan Presiden AS Donald Trump terhadap seruan Netanyahu dan pemerintahan sayap kanannya telah menarik Amerika Serikat ke dalam keterlibatan langsung, memasuki perang dengan kelompok Ansarullah Yaman. Hal ini akhirnya menyebabkan Trump mengumumkan penghentian serangannya terhadap mereka, tanpa berkoordinasi dengan penjajah Israel. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara tujuan Israel dan langkah-langkah yang mulai diambil oleh pemerintah AS yang konsisten dengan pencapaian kepentingannya di Timur Tengah.
Dalam perkembangan yang lebih signifikan, Radio Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa orang-orang yang dekat dengan Presiden AS Donald Trump memberitahu Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer bahwa presiden AS telah memutuskan untuk memutus kontak dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Radio Angkatan Darat menjelaskan bahwa orang-orang Trump memberi tahu Dermer bahwa “Netanyahu mempermainkan presiden AS, dan mereka menekankan bahwa yang paling dibenci Trump adalah tampil sebagai seseorang yang dipermainkan.”
Stasiun radio tersebut mengutip seorang pejabat Israel yang mengatakan bahwa pembicaraan Menteri Dermer dengan pejabat senior Partai Republik dengan cara kesombongannya yang biasa, tidak akan membuahkan hasil.
Hal ini terjadi beberapa jam setelah sebuah laporan di surat kabar Israel Hayom yang menegaskan bahwa Trump “kecewa” dengan Netanyahu dan bermaksud untuk mengambil “langkah-langkah” di Timur Tengah “tanpa menunggunya.”
Sejak awal masa jabatan presiden barunya, pada 20 Januari 2025, Trump telah menawarkan dukungan yang beragam dan tidak terbatas kepada pemerintahan Netanyahu, yang telah melancarkan perang genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Meskipun demikian, surat kabar Israel Hayom mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa “ada penurunan dalam hubungan pribadi dan kekecewaan timbal balik antara Netanyahu dan Trump.”
Hubungan yang Memburuk
Surat kabar itu menambahkan bahwa dua sumber senior yang dekat dengan Trump mengatakan, dalam percakapan tertutup beberapa hari terakhir, bahwa ia telah memutuskan untuk tidak menunggu Israel lagi dan terus melangkah maju dengan langkah-langkah di Timur Tengah tanpa “menunggu Netanyahu.”
Channel 12 juga mengutip duta besar AS untuk Tel Aviv, yang mengomentari keputusan AS untuk menghentikan agresi di Yaman: “Kami tidak memerlukan izin dari Tel Aviv untuk menghentikan tembakan dengan Houthi.”
Saluran itu menambahkan, mengutip seorang pejabat AS yang berkata: “Jika Israel telah membayar harga akibat dari tidak menghentikan perang, harga yang dibayarkan hari ini lebih mahal lagi untuknya, dan bukan untuk orang-orang yang diculik.”
Israel Hayom mengutip orang-orang yang dekat dengan Trump yang mengatakan, “Netanyahu mempermainkan kita, tidak melaksanakan apa yang kita telah sepakati, dan tidak ingin melanjutkan perjanjian.” Mereka menambahkan bahwa “hubungan antara Trump dan Netanyahu telah mencapai titik terendah.”
Orang-orang yang dekat dengan Trump menambahkan kepada surat kabar Israel: “Kami ingin menerapkan langkah-langkah yang melayani kepentingan kami, dan Netanyahu menolak untuk bekerja sama mendukung langkah-langkah ini,” sambil menyerukan Netanyahu untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar tercapai visi Trump bagi Timur Tengah.
Dengan demikian, Brigade Al-Qa554m—yang mewakili rakyat Palestina yang teguh pendiriannya—mampu mengubah gerbang neraka, yang diancam akan dibuka oleh para pendukung Netanyahu, menjadi api yang akan membakar penjajah hingga ke akar-akarnya menjadi abu, ditiup oleh angin keteguhan hati di Jalur Gaza dan di seluruh wilayah Palestina yang dijajah (Palinfo/Kho).
Sumber: