
Penulis: Apa yang terjadi sekarang bukanlah bencana baru, melainkan kelanjutan dari kejahatan lama yang tak ada seorangpun menghentikannya! (Media Sosial), foto dari Al jazeera Net
Oleh: Heba Durgham Nassar
Ini adalah kenangan yang tiada ada akhirnya.
Palestina bukan sekadar isu yang diangkat di podium-podium negara sebagai pidato yang diulang-ulang;
Palestina adalah luka terbuka di tubuh dunia, bekas luka yang tidak pernah dipelajari oleh sejarah.
Setiap kali Nakba berlalu, saya merasa seolah-olah tahun-tahun telah berhenti di momen itu, saat ketika keseimbangan alam semesta terganggu, sebuah tanah air telah menghilang… Palestina telah hilang.
Sesuatu yang supranatural pasti terjadi, gempa bumi yang tak terlihat, jungkir baliknya hukum kehidupan… karena tidak ada logika yang dapat menjelaskan bagaimana sebuah negara seluas maknanya dapat dilupakan, bagaimana nama “Jaffa” dapat terhapus dari memori laut, atau bagaimana suara “Lod” dapat dibungkam dalam kisah-kisah kuno.
Siapapun yang melihat Palestina dari balik layar, melihat asap, rudal, dan angka-angka bergerak di layar berita. Namun siapapun yang melihatnya dari dalam, yang menyentuh tanah Gaza dengan tangan mereka, yang mendengar suara pintu-pintu yang didobrak hancur saat melakukan perlawanan di Jenin, niscaya dia tahu bahwa yang terletak di bawah reruntuhan bukanlah batu, melainkan usia yang dulu pernah bermimpi.
Di Palestina, tidak ada yang mati sendirian. Bahkan para syuhada pun saat mereka berguguran, mereka jatuh seolah-olah mereka membawa mimpi seluruh desa di pundak mereka.
Gaza bukanlah berita terkini; itu adalah ujian moral harian bagi dunia ini: siapa yang berhasil di dalamnya, dan siapa yang jatuh diam-diam.
Dan Jenin… Jenin bukanlah sebuah kota; Ini adalah aksi perlawanan yang terus berlanjut, kalimat yang belum berakhir, titik di akhir baris yang belum ditulis.
Adapun Al-Quds, dia adalah jantung yang tidak tahu bagaimana cara berhenti; ia berdoa saat berdarah, dan tersenyum saat dirantai.
Apa yang terjadi sekarang bukanlah Nakba baru, tetapi kelanjutan dari kejahatan lama yang tidak pernah dihentikan oleh siapa pun! Namun, yang tidak diketahui dunia adalah bahwa seorang Palestina tidak dikalahkan karena rumahnya dihancurkan, juga tidak patah karena tubuhnya terluka. Ia hanya melangkah mundur untuk menulis di dinding: “Inilah tanah airku… dan aku akan kembali.”
Terlepas dari segalanya, terlepas dari pengusiran, penindasan, dan pengkhianatan waktu, harapan di Palestina tetap seperti lampu redup di terowongan panjang… tetapi tidak pernah padam.
Dan dari sana… dari kegelapan, cahaya terbit, dan lahirlah generasi baru yang tidak mengenal kekalahan kecuali di dalam buku-buku sejarah.
Palestina bukanlah kisah yang berakhir dalam sebuah buku, juga bukan penderitaan yang dapat diringkas dalam sebuah hari peringatan.
Ini adalah pertempuran terbuka antara mereka yang memiliki tanah dan mereka yang tidak memiliki apapun kecuali narasi. Namun, dia adalah narasi yang menang.
Karena sejarah tidak pernah lupa, dan karena tanah itu mengetahui nama-nama penduduknya dan menunggu langkah mereka: “Nakba telah terjadi… dan kemerdekaan akan segera datang.”(Aljazeera/Kho)
Sumber: