
Oleh Roni Baret (Redaktur Editor)
Dalam konteks tertentu, momen keberhasilan ternyata memang datang dari sisi pinggir.
Lihatlah bagaimana dahulu pejuang kita adu mekanik dengan tentara Belanda pada peristiwa heroik Serangan Umum 1 Maret 1949.
Belanda dibuat menyerah oleh gabungan sipil terlatih dan TNI yang datang dari pinggiran kota Yogyakarta. Akibatnya jadi mengagumkan, Belanda dibikin resmi cabut total dari Indonesia. Diusir dan dipermalukan di panggung dunia. Mereka kapok menghadapi pejuang Indonesia yang nyalinya tidak putus-putus.
Lagi pada peristiwa super heroik lain yang fenomenal, serangan kilat Thaufanul Aqsha 7 Oktober 2023. Tengoklah bagaimana blisrahell dibuat kalang kabut dan babak belur oleh pasukan khusus Hms yang merangsek masuk lewat pinggir pagar pembatas negara perompak itu. Insyaallah, momen epik itu menandai bahwa dongeng pendek blisrahell sebagai bangsa terhebat akan tamat sebentar lagi.
Kita meyakini bahwa Palestina akan merdeka setelah negeri-negeri yang ada di pinggirnya (sekitar) terbebaskan. Lihatlah Suriah. Insyaallah ke depan mulai merasakan angin kebebasan. Ada keajaiban yang terjadi di sana. Dengan segala kerumitan persoalan yang menerpanya, justeru Allah Ta’ala mengangkat seorang mujahid bernama Ahmed Al Sharaa naik tahta. Padahal tahun lalu (2024) kepalanya sempat dihargai 10 juta dollar oleh AS.
Ternyata fakta membuktikan bahwa kemenangan juga bisa didatangkan dari pinggir.
Dari pinggir lapangan, kita ternyata mampu memengaruhi semangat tim bola kebanggaan kita untuk bisa menang. Dari pembenahan wilayah pinggiran Jakarta juga, banjir di tengah Jakarta bisa teratasi sedikit demi sedikit. Dan, dari pinggiran masjid juga kita bisa terus bersujud – berdoa menguatkan diri agar bisa selamat melewati pinggir zaman ini.
Semoga dari pinggiran Syam yang jauh ini (Indonesia) kita bisa turut berkontribusi seklaigus nanti menyaksikan dan merasakan Palestina merdeka. Aamiin.