
Foto Pusat Informasi Palestina
Gaza – Rami Abdo, kepala Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania, mengatakan bahwa dari lima truk yang memasuki Jalur Gaza hari ini, dua truk membawa kain kafan yang disumbangkan oleh sebuah negara Arab melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Mengutip Pusat Informasi Palestina Senin, 19 Mei 2025, 22.58, Abdo menekankan dalam sebuah pernyataan pers pada hari Senin bahwa kain kafan tersebut bukanlah bantuan makanan; melainkan, kain kafan tersebut merupakan untuk persiapan kematian massal, dan bahwa warga Gaza bukan akan diberi makan, tetapi untuk dikubur.
Ia menjelaskan bahwa pernyataan yang mengecam kejahatan penjajah negara Yahud1 yang dikeluarkan oleh para pemimpin Inggris, Prancis, dan Kanada —yang merupakan negara pendukung utama genosida pada bulan-bulan pertamanya — sangat kuat dan sangat jelas dibanding pernyataan terakhir yang dikeluarkan oleh Liga Arab.
https://twitter.com/RamAbdu/status/1924534693845758405
Ia mengemukakan bahwa pernyataan yang dikeluarkan oleh para pemimpin Inggris, Prancis, dan Kanada mengungkapkan tingkat kekecewaan, penghianatan, dan konspirasi Arab.
Ia menjelaskan bahwa sikap dunia internasional telah mulai bergeser ke arah tekanan terhadap penjajah—khususnya pernyataan bersama oleh 25 negara, sebagian besar negara Barat —menolak rencana baru negara Yahud1-Amerika untuk mengelola kelaparan di Gaza menggunakan bantuan. Mereka menegaskan agar tidak bekerja sama dengan model yang menghubungkan bantuan dengan tujuan politik dan militer.
Abdo mengungkapkan bahwa para menteri luar negeri Uni Eropa akan membahas kemungkinan penangguhan perjanjian kemitraan dengan negara Yahud1 besok.
Ia mengemukakan bahwa Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania, bersama dengan para mitranya, telah meluncurkan, selama beberapa hari terakhir, kampanye advokasi dan tekanan terbesar untuk memasok makanan ke Gaza, menghentikan genosida, dan menolak untuk menerima persyaratan dari negara Yahud1.
Pasukan penjajah telah memberlakukan blokade ketat di Jalur Gaza, mencegah masuknya bantuan kemanusiaan, makanan, obat-obatan, dan air. Hal ini telah menempatkan Jalur Gaza, yang telah hancur oleh perang genosida yang sedang berlangsung, di ambang bencana kelaparan besar-besaran, yang merenggut nyawa puluhan warga sipil.
Dengan dukungan Amerika, militer negara Yahud1 telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang menyebabkan lebih dari 172.000 orang syahid dan cedera, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 14.000 orang dinyatakan hilang (Palinfo/Kho)