
Truk pengangkut bantuan memasuki Gaza melalui perbatasan Kerem Shalom dengan izin negara Yahudi pada 20 Mei 2025. [Mostafa Alkharouf – Anadolu Agency]
Meskipun negara Yahudi telah mengizinkan sedikit bantuan masuk ke Gaza setelah memblokirnya selama lebih dari dua bulan, sejauh ini belum ada bantuan kemanusiaan yang benar-benar didistribusikan di daerah kantong yang dilanda perang itu, menurut PBB, Anadolu melaporkan.
Mengutip Middle East Monitor pada 20 Mei 2025 jam 20:06, “Hari ini salah satu tim kami menunggu beberapa jam hingga lampu hijau negara Yahudi untuk mengakses wilayah Kareem Shalom dan mengambil pasokan nutrisi. Sayangnya, mereka tidak dapat membawa pasokan tersebut ke gudang kami,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan pada hari Selasa.
“Jadi untuk memperjelas, meskipun lebih banyak pasokan telah masuk ke Jalur Gaza, kami belum dapat mengamankan kedatangan pasokan tersebut ke gudang dan titik-titik pengiriman kami.”
Pernyataan tersebut disampaikan setelah kantor urusan kemanusiaan PBB pada hari Selasa mengatakan negara Yahudi menyetujui masuknya sekitar 100 truk yang membawa bantuan ke Gaza, peningkatan signifikan dari sembilan truk yang diizinkan masuk sehari sebelumnya, tetapi masih jauh lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk penduduk Gaza, yang menghadapi kondisi hampir kelaparan, menurut kelompok bantuan dan organisasi internasional.
“Pada akhirnya, sekitar empat truk, bukan lima, diizinkan masuk kemarin. Hari ini, kami memiliki beberapa lusin truk … Tetapi intinya adalah, logistik, komplikasi keamanan, dan lingkungan secara keseluruhan membuat ini sangat sangat sulit,” kata Dujarric.
Ia mengatakan bantuan tersebut disimpan di dermaga muatan karena proses yang rumit: “Barang-barang harus melewati pagar dari negara Yahudi ke Gaza, ke area tempat truk harus diturunkan dan dimuat ulang, lalu kami harus mendapatkan izin dari pasukan keamanan negara Yahudi untuk membawa orang-orang kami masuk dan mengambil truk-truk tersebut.”
Pada hari Selasa, kata Dujarric, sebuah tim berhasil masuk ke area tersebut, tetapi karena sudah larut malam, mereka tidak dapat membawa truk-truk tersebut keluar.
“Tantangan bagi kami adalah mengamankan rute yang menghubungkan area dermaga pemuatan ini ke gudang atau titik distribusi kami. Kami harus mendapatkan izin, tentu saja, dari IDF (tentara negara Yahudi), dan kami juga harus memastikan area umum aman bagi kami.
“Jalan juga macet, jadi ini … sangat menantang,” tambahnya.
Mendistribusikan bantuan adalah “proses yang sangat panjang, kompleks, rumit, dan berbahaya,” kata Dujarric. (MEMO/Kho)