
Elias, Rodriguez, 30 tahun, non- Arab dan non- Muslim asal Amerika Latin. Foto Quds Press
Platform media sosial menyaksikan interaksi yang meluas menyusul peristiwa serangan terhadap sebuah acara yang diselenggarakan oleh kedutaan besar negara Yahudi di Washington oleh seorang aktivis bernama Elias Rodriguez, yang berasal dari Amerika Latin. Insiden ini mengakibatkan kematian dua staf negara Yahudi dan yang lainnya mengalami cedera.
Mengutip laporan Saifuddin Bakir yang diterbitkan situs Quds Press pada 22 Mei 2025 20:59 bahwa beberapa aktivis menyebarkan klip video yang memperlihatkan Rodriguez pada saat penangkapannya meneriakkan, “Saya melakukannya demi Gaza” dan “Palestina Merdeka.” Mereka menggambarkan apa yang terjadi sebagai “teriakan untuk keadilan terhadap kejahatan penjajahan.”
Reaksi Alami
Insiden tersebut memicu gelombang pernyataan dan analisis, yang menekankan bahwa apa yang terjadi bukanlah tindakan yang tidak masuk akal, melainkan hasil alami dari protes global atas kekejaman perang di Gaza.
Abdullah Al-Shaiji, seorang profesor ilmu politik di Universitas Yarmouk, berkomentar, “Pemuda itu tidak tahan melihat pembunuhan sistematis dan pembantaian yang dilakukan oleh tentara penjajahan di Gaza dan Tepi Barat, termasuk genosida, kelaparan, dan penghancuran sistematis rumah sakit.”
Ia mencatat dalam sebuah tweet di akun X (sebelumnya Twitter) miliknya pada hari Kamis bahwa insiden tersebut “mendorong otoritas penjajahan untuk memperketat langkah-langkah keamanan di kedutaan dan misi mereka di seluruh dunia,” menambahkan bahwa “Netanyahu dan kelompok ekstremisnya sedang menuai hasil kejahatan mereka.”
Sementara itu, analis politik Yasser Al-Zaatreh mengatakan, “Motifnya murni politis. Pemuda itu bukan orang Arab atau Muslim. Ini mengungkap propaganda Trump dan orang lain yang terburu-buru menuduh aksi pro-Palestina sebagai anti-Semitisme.”
Ia menambahkan dalam cuitannya di X bahwa “yang membuat acara ini penting adalah waktunya, dua minggu setelah gelombang kemarahan global atas kejahatan negara Yahudi di Gaza, yang menempatkan entitas tersebut dalam posisi kriminalisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang oleh para analisnya digambarkan sebagai ‘tsunami politik.'”
Ia menyimpulkan dengan mengatakan, “Palestina telah menjadi panggung terdepan di dunia sejak 7 Oktober, bukan melalui pidato-pidato permohonan atau puluhan kedutaan, tetapi melalui darah dan pengorbanan yang legendaris.”
Model Konfrontasi Baru Kaula Muda
Penulis dan analis Fayed Abu Shamala juga menganggap tindakan Rodriguez sebagai ekspresi dari pergeseran global dalam kesadaran kaula muda. Ia menulis di akun X-nya, “Dunia telah bergerak melampaui protes pasif, dan tindakan-tindakan mulai muncul yang membawa pesan-pesan kuat terhadap keterlibatan internasional dengan penjajahan.”
Peneliti Palestina Ali Abu Rizq berpendapat bahwa “peristiwa itu sudah diduga mengingat kejahatan keji yang dilakukan secara langsung, termasuk pembunuhan bayi dan wanita, serta pengeboman sekolah dan rumah sakit. Dunia tidak bisa tinggal diam. Tindakan ini dan tindakan serupa lainnya mungkin merupakan awal dari serangkaian reaksi yang tidak konvensional.”
Ia menunjukkan bahwa “penjajahan akan berupaya memanfaatkan insiden tersebut untuk menghasut Barat agar menentang aktivis pro-Palestina, dengan dalih ‘anti-Semitisme’,” tetapi menekankan bahwa “kejahatan yang dilakukan negara Yahudi akan membutuhkan waktu seribu tahun untuk dihapuskan, dan negara Yahudi akan tetap menjadi entitas jahat di mata orang-orang merdeka di dunia.”
Dua karyawan kedutaan negara Yahudi tewas dalam penembakan di dekat sebuah acara di Museum Yahudi di Washington, D.C., pada Rabu malam (waktu setempat), dalam sebuah insiden yang oleh Presiden AS Donald Trump disebut sebagai “anti-Semit.”
Kepolisian Metropolitan Washington, D.C. mengidentifikasi pelaku penembakan sebagai Elias Rodriguez, 30, dari Chicago, Illinois, dan menjelaskan bahwa ia tidak memiliki catatan kriminal yang menjadikannya target pengawasan penegak hukum. (QudsPress/Kho)