
Tangkapan layar Al Jazeera Net
Mantan Perdana Menteri negara Yahudi Ehud Olmert mengatakan bahwa mayoritas warga negara Yahudi ingin perang berhenti, mengizinkan masuknya bantuan, dan menarik diri dari Jalur Gaza karena itu adalah tanah Palestina, seraya menekankan bahwa Presiden AS Donald Trump adalah satu-satunya yang mampu melakukan ini.
Mengutip Al Jazeera Net pada 29 Mei 2025 jam 04:31 (Waktu Makkah) dalam wawancara dengan Al Jazeera Mubasher, Olmert menjelaskan bahwa Amerika Serikat dan Eropa mendukung negara Yahudi dalam merespon serangan 7 Oktober 2023, berdasarkan haknya untuk membela diri, seperti yang dikatakannya.
Olmert menambahkan bahwa semua orang tahu perang ini akan membahayakan banyak warga sipil, tetapi ia mengatakan bahwa ini terjadi “18 bulan yang lalu, sedangkan hari ini kita perlu menghentikan perang dan membebaskan para tahanan dengan imbalan tahanan Palestina, sambil menarik pasukan dari Gaza karena itu adalah wilayah Palestina.”
Olmert menekankan bahwa melanjutkan perang tidak akan mencapai tujuan apa pun dan akan membahayakan nyawa para tahanan dan menyebabkan terbunuhnya lebih banyak warga Palestina. Ia menekankan perlunya menghentikan pertempuran dan tidak membahayakan siapa pun yang tidak berpartisipasi dalam serangan 7 Oktober.
Ia juga mengonfirmasi bahwa ia mendengar dari utusan AS Steve Witkoff bahwa upaya saat ini akan membantu mencapai kesepakatan yang akan mengembalikan para tahanan dan menyelesaikan konflik bersejarah antara negara Yahudi dan Palestina. Olmert menyerukan pemilihan pemerintahan baru di negara Yahudi.
Ben-Gvir dan Smotrich adalah teroris
Olmert menganggap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang merupakan buron Mahkamah Pidana Internasional, dan Menteri Keamanan Nasional dan Keuangan Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich tidak mewakili negara Yahudi. Ia mengatakan bahwa banyak yang menentang kelanjutan perang dan ingin memberikan bantuan kepada warga sipil di Gaza.
Ia menyampaikan harapannya bahwa pertikaian di dalam negara Yahudi ini akan berkontribusi bagi pemulihan hak-hak rakyat Jalur Gaza, yang Netanyahu nyatakan niatnya untuk menjajah Gaza secara permanen. Ia menggambarkan Ben-Gvir dan Smotrich sebagai “teroris dan tidak kalah berbahayanya bagi negara Yahudi daripada musuh eksternal.”
Olmert mengatakan bahwa mayoritas warga negara Yahudi tidak setuju dengan kedua orang ini, dan bahwa mereka memandang Gaza sebagai wilayah Palestina. Mereka ingin menarik pasukan dari sana dan menemukan solusi dengan negara-negara Arab yang memastikan bahwa tidak akan ada serangan baru terhadap negara Yahudi.

Trump Dapat Menghentikan Perang
Olmert juga mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump adalah satu-satunya yang dapat memaksa Netanyahu untuk menghentikan perang dan menyelesaikan kesepakatan pertukaran tahanan, menekankan perlunya menyingkirkan siapapun yang bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober 2023 dari kekuasaan di negara Yahudi.
Olmert menilai tidak ada alasan yang meyakinkan atau tujuan militer untuk melanjutkan perang, menekankan bahwa “rakyat negara Yahudi menolak pemindahan warga Palestina dari Gaza” dan bahwa Witkoff memberitahunya bahwa usulan baru tersebut akan mengembalikan para tahanan.
Ia menekankan bahwa Trump dan Witkoff dapat memengaruhi Netanyahu untuk menghentikan perang setelah pemerintahannya menghancurkan citra negara Yahudi di dunia, seraya menambahkan, “Pemerintah baru harus dipilih yang mampu menciptakan perdamaian dan memperbaiki citra negara Yahudi.”
Ia melanjutkan, “Saya berharap teroris Smotrich dan Ben-Gvir akan disingkirkan dari pemerintahan sesegera mungkin, dan saya berharap Trump bertekad untuk memaksa Netanyahu menghentikan perang sesegera mungkin,” mengungkapkan keyakinannya pada keinginan Trump dan Witkoff untuk mengakhiri perang.
Ia menekankan bahwa gencatan senjata “adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan para sandera (tawanan) dari Gaza.” Ia mengatakan bahwa “suara-suara yang menentang kelanjutan perang semakin meningkat,” seraya menambahkan, “Saya yakin bahwa kita pada akhirnya akan mengalahkan pemerintahan Netanyahu, yang pasti akan kalah dalam pemilihan umum mendatang.”
Olmert menyimpulkan dengan mengatakan bahwa solusi dua negara “adalah satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian di kawasan itu dan mendirikan negara Palestina dengan Al-Quds Timur sebagai ibu kotanya.” Ia menekankan bahwa tangan Ben-Gvir “berlumuran darah” dan bahwa “tidak ada tempat bagi orang seperti dia di negara demokrasi manapun.”
Olmert menulis sebuah artikel di Haaretz berjudul “Cukup Sudah,” di mana ia menekankan “perlunya menghentikan genosida yang terjadi di Gaza.” (Aljazeera/Kho)