
Foto kantor berita Quds Press
London – Lebih dari 300 seniman, dokter, aktivis, dan akademisi Inggris telah menandatangani surat terbuka kepada Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang menyerukan kepadanya untuk menangguhkan penjualan senjata Inggris ke negara Zionis dan membantu menengahi gencatan senjata segera dan secara permanen di Jalur Gaza.
Mengutip kantor berita Quds Press pada Quds Press pada 29 Mei 2025 jam 17:17, para penandatangan, termasuk bintang Inggris Benedict Cumberbatch, penyanyi internasional Dua Lipa, sutradara Danny Boyle, dan penyiar olahraga Gary Lineker, memperingatkan bahwa dukungan militer Inggris yang berkelanjutan untuk negara Zionis membuat Inggris “terlibat langsung” dalam apa yang mereka gambarkan sebagai kejahatan perang yang dilakukan di Jalur Gaza yang terkepung.
Surat tersebut, yang diterbitkan oleh situs web Middle East Eye pada hari Kamis, mendesak “tindakan segera untuk mengakhiri keterlibatan Inggris dalam kekejaman yang sedang berlangsung di Gaza. Setiap pengiriman senjata dari Inggris berkontribusi pada lebih banyak pertumpahan darah dan membuat negara kita terlibat dalam pembunuhan tersebut.”
Selain menyerukan penghentian penjualan senjata, para penandatangan menuntut akses kemanusiaan penuh dan tanpa hambatan ke Gaza dan diakhirinya kelaparan yang dihadapi warga sipil di Jalur Gaza, dengan menekankan bahwa ribuan anak Palestina terancam kelaparan.
Para penandatangan mencatat bahwa lebih dari 15.000 anak telah terbunuh sejak dimulainya perang, termasuk sedikitnya 4.000 anak di bawah usia empat tahun. Surat tersebut menggambarkan bagaimana kamar tidur, sekolah, dan dapur telah hancur menjadi puing-puing, di tengah tidak adanya tindakan dari masyarakat internasional.
Surat tersebut menyatakan: “Pada saat-saat seperti ini, sejarah mencatat, dunia menyaksikan, dan sejarah tidak akan melupakan. Anak-anak Gaza tidak dapat menunggu semenit pun. Tuan Menteri, apa yang akan anda pilih? Keterlibatan, atau tindakan berani?”
Kelaparan dan Kurangnya Bantuan
Surat tersebut juga mengecam apa yang digambarkannya sebagai “blokade menyeluruh negara Zionis” yang diberlakukan di Gaza, yang telah menyebabkan penduduknya menderita kelaparan parah dan kekurangan pasokan dasar. Para penandatangan menekankan perlunya akses penuh bagi organisasi kemanusiaan untuk mengirimkan bantuan ke seluruh Jalur Gaza tanpa intervensi militer.
Surat tersebut diakhiri dengan gambaran tragis dari situasi kemanusiaan: “Saat ini, anak-anak Gaza kelaparan, sementara makanan dan obat-obatan hanya beberapa menit dari perbatasan. Kata-kata tidak akan memuaskan mereka—kita butuh tindakan. Seluruh rakyat dibiarkan mati kelaparan di depan mata dunia.”
Penjajah Zionis melanjutkan agresinya dan memperketat blokade Jalur Gaza pada dini hari tanggal 18 Maret 2025, setelah jeda dua bulan berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari. Namun, penjajah melanggar ketentuan perjanjian tersebut selama masa tenang.
Dengan dukungan Amerika dan Eropa, negara Zionis telah melanjutkan genosida di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan lebih dari 175.000 warga Palstina gugur syahid dan cedera , sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, selain lebih dari 14.000 orang dinyatakan hilang (QudsPress/Kho)