
Foto Pusat Informasi Palestina
Al-Quds jajahan – Setelah jumlah jamaah pada hari Jumat sebelumnya mencapai lebih dari 40.000 hingga 50.000, mengutip situs Palinfo Com pada Jumat 20 Juni 2025 jam 10:12, bahwa Jumat ini pasukan penjajah hanya mengizinkan beberapa ratus jamaah untuk memasuki masjid dengan langkah pengetatan dan pembatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, juga serangan yang mereka lakukan kepada warga di pintu gerbangnya. Sementara itu, para ahli dan spesialis dalam urusan Al-Aqsa memperingatkan tentang niat penjajah di balik kebijakan berbahaya ini terhadap Masjid Al-Aqsa, sekaligus menyerukan dibangkitkannya tekad dan diaktifkannya pergerakan rakyat demi menghancurkan pengepungan atas Masjid Al-Aqsa.
Menumbuhkan Kecintaan pada Masjid Al-Aqsa
Dalam konteks ini, peneliti yang mengkhususkan diri dalam urusan Al-Quds, Ziad Ibhais, mengatakan bahwa pasukan penjajah melarang ribuan jamaah memasuki Masjid Al-Aqsa atau Kota Tua Al-Quds pada Jumat ini, hanya mengizinkan sekitar 500 jamaah untuk masuk melaksanakan salat Jumat. Hal ini mengakibatkan barisan jamaah di beberapa shaf pertama Masjid Al-Qibli tidak lengkap.
Dalam sebuah posting yang dipantau oleh Pusat Informasi Palestina, Ibhais menunjukkan bahwa penjajah menggunakan “tindakan darurat” untuk mengekang orang-orang melakukan perkumpulan, meskipun faktanya pertemuan itu sebenarnya terjadi di gerbang kota, di mana polisi penjajah mencegah masuk dan menyerang jamaah yang melaksanakan shalat. Perkumpulan orang itu sebenarnya terjadi di pagar-pagar, di saat jamaah melaksanakan shalat di titik terdekat di luar tembok Kota Tua.
Namun, ia memperingatkan bahwa tujuan sebenarnya jelas dan nyata: mengepung Al-Aqsa, semakin menguatkan isolasinya, dan menunjukkan “kedaulatan Zionis” dengan memberlakukan pembatasan padanya sambil mencabutnya di sebagian besar wilayah lainnya di sekitarnya.
Ibhais menyimpulkan dengan mengatakan: Pembukaan parsial Al-Aqsa ini merupakan kelanjutan dari penutupan, untuk menerapkan tujuan yang sama. Oleh karena itu, hari ini harus ditandai sebagai hari kedelapan penutupan menyeluruh Al-Aqsa dan menjadi Jumat kedua penutupannya, dan itu harus dianggap Masjid Al Aqsa masih ditutup sebagai bentuk agresi dan kesewenang-wenangan. Ini memerlukan mobilisasi setiap kekuatan yang mungkin untuk membukanya dan menghancurkan pengepungan atasnya.
Peringatan Skenario Paling Berbahaya
Sementara itu, Dr. Abdullah Ma’rouf, seorang pakar urusan Al-Quds, memperingatkan skenario paling berbahaya yang mulai dipromosikan oleh para rabi ekstremis, dengan memanfaatkan perang dengan Iran untuk menyerang atau menghancurkan Masjid Al-Aqsa. Ia berkata: “Apa yang terjadi sekarang membuat kita bertanya-tanya: Apa realitas baru yang direncanakan penjajah agar kita menyadarinya pada Masjid Al-Aqsa dengan berakhirnya putaran pertempuran ini dan dicabutnya blokade dari gerbang-gerbang Al-Aqsa?”
Ma’rouf melanjutkan, dengan mengatakan dalam sebuah artikel yang dipantau oleh Pusat Informasi Palestina: “Saya tidak menyembunyikan kekhawatiran saya yang mendalam terhadap Masjid Al-Aqsa yang diberkahi, jangan-jangan penjajah melakukan tindakan bodoh di sana dengan memanfaatkan kondisi yang terjadi saat ini. Sebuah video berbahaya dipublikasikan beberapa hari lalu dari Rabi ultra-Ortodoks Yosef Mizrahi, yang tinggal di New York, di mana ia secara eksplisit menyerukan untuk memanfaatkan kondisi ini untuk merusak Masjid Al-Aqsa. Ia mengklaim dalam video itu bahwa jika keputusan ada di tangannya, maka dia akan meluncurkan rudal ke Masjid Al-Aqsa, lalu mengklaim bahwa itu adalah rudal Iran yang jatuh di Masjid Al-Aqsa secara tidak sengaja.
Ia mengungkapkan kekhawatirannya yang mendalam, dengan mengatakan, “Ide-ide setan seperti itu, meskipun mungkin tampak menggelikan, menunjukkan niat berbahaya yang mengintai di balik layar terhadap Masjid Al-Aqsa, yang harus diwaspadai oleh rakyat Palestina, khususnya mereka yang berada di kota Al-Quds.”