
Utusan Iran untuk PBB menuduh Washington dan Tel Aviv menghancurkan diplomasi (AFP), foto diambil dari Al Jazeera Net
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) mengadakan sesi darurat pada hari Ahad untuk membahas serangan AS terhadap situs nuklir Iran, karena Rusia, Tiongkok, dan Pakistan mengusulkan agar badan yang beranggotakan 15 orang itu mengadopsi resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat di Timur Tengah.
Mengutip situs Al Jazeera Net pada 23 Juni 2025 jam: 02:44 (Waktu Mekkah), Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan kepada Dewan Keamanan pada hari Ahad bahwa pemboman AS terhadap fasilitas nuklir Iran mewakili perubahan yang berbahaya. Ia menambahkan, “Kita harus bertindak—segera dan tegas—untuk menghentikan pertempuran dan kembali ke negosiasi yang serius dan berkelanjutan mengenai program nuklir Iran.”
Dunia menunggu tanggapan Iran pada hari Ahad setelah Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat telah “menghancurkan” situs nuklir utama Teheran, bergabung dengan negara Zionis yang telah melancarkan serangan terhadap Iran selama lebih dari 10 hari.
Rusia dan Tiongkok mengutuk serangan AS tersebut. Duta Besar Tiongkok untuk PBB Fu Cong mengatakan, “Perdamaian di Timur Tengah tidak dapat dicapai dengan kekerasan. Cara diplomatik untuk mengatasi masalah nuklir Iran belum habis, dan masih ada harapan untuk solusi damai.”
Namun, Utusan Duta Besar AS untuk PBB Dorothy Shea mengatakan kepada Dewan bahwa sudah waktunya bagi Washington untuk mengambil tindakan tegas. Ia mendesak Dewan Keamanan untuk meminta Iran mengakhiri apa yang ia gambarkan sebagai upayanya untuk menghancurkan negra Zionis dan menghentikan ambisinya untuk memperoleh senjata nuklir.
Shea menekankan bahwa penargetan fasilitas Iran ditujukan untuk melemahkan kemampuan nuklirnya, dan memperingatkan bahwa setiap serangan langsung atau tidak langsung Iran terhadap warga negara atau pangkalan AS akan ditanggapi dengan respons yang menghancurkan.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengingat intervensi mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell di Dewan Keamanan pada tahun 2003, ketika ia memberikan pembenaran untuk invasi Irak berdasarkan tuduhan bahwa rezim mendiang Presiden Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal.
“Sekali lagi, kami diminta untuk mempercayai dongeng Amerika, untuk menimbulkan penderitaan pada jutaan orang di Timur Tengah,” kata Nebenzia. “Ini memperkuat keyakinan kami bahwa sejarah tidak mengajarkan apapun kepada rekan-rekan Amerika kami.”
Menghancurkan Diplomasi
Iran adalah negara yang meminta dilakukannya pertemuan Dewan Keamanan pada hari Ahad, dan Duta Besar Iran untuk PBB Amir Saeed Iravani menuduh negara Zionis dan Amerika Serikat menghancurkan diplomasi. Ia mengatakan semua tuduhan Amerika tidak berdasar dan bahwa Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) telah “dimanipulasi dan diubah menjadi alat politik.”
Iravani menambahkan bahwa alih-alih menjamin hak-hak yang sah dari para pihak atas energi nuklir yang damai, perjanjian tersebut dieksploitasi sebagai dalih untuk agresi dan tindakan ilegal.
Perwakilan Iran mengatakan, “Penjahat perang Benjamin Netanyahu sekali lagi berhasil menyeret Amerika Serikat ke dalam perang yang mahal,” dengan mencatat bahwa Washington sekali lagi memilih untuk mengorbankan keamanannya hanya untuk melindungi Netanyahu.
Iravani menegaskan bahwa Iran akan menentukan waktu, sifat, dan tingkat respons yang tepat terhadap serangan AS yang menargetkan situs nuklirnya, dan ia meminta Dewan Keamanan untuk “bertindak tegas dan mengutuk agresi ini, jika tidak, ia akan terlibat,” seperti yang ia katakan.
Duta Besar negara Zionis untuk PBB Danny Danon memuji Amerika Serikat karena mengambil tindakan terhadap Iran dan menuduh Teheran menggunakan negosiasi atas program nuklirnya sebagai kedok untuk mengulur waktu guna mengembangkan rudal dan memperkaya uranium, menurut klaimnya.
Tidak segera jelas kapan Dewan Keamanan dapat memberikan suara pada rancangan resolusi tersebut. Rusia, Tiongkok, dan Pakistan meminta anggota dewan untuk menyerahkan pengamatan mereka paling lambat Senin malam. Pengesahan memerlukan sedikitnya sembilan suara tanpa veto oleh Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Rusia, atau Tiongkok.
Amerika Serikat kemungkinan akan menentang rancangan resolusi tersebut—yang menurut Reuters AS telah melihatnya— dimana resolusi itu juga mengutuk serangan terhadap situs dan fasilitas nuklir Iran, tanpa menyebut nama Amerika Serikat atau negara Zionis.