
Lebih dari 500 warga sipil Palestina gugur syahid di pusat distribusi bantuan (Reuters)
Sumber medis di rumah sakit Jalur Gaza melaporkan bahwa 111 warga Palestina gugur syahid dalam serangan udara negara Zionis di beberapa wilayah di Jalur tersebut sejak terbit fajar pada hari Rabu, termasuk 40 orang di Kota Gaza dan 24 orang kelaparan yang sedang menanti bantuan, demikian dilansir situs Al Jazeera Net pada 2/7/2025 jam 10:53 PM (waktu Makkah).
Sumber di Rumah Sakit Al-Shifa juga melaporkan bahwa enam warga Palestina syahid dan lainnya terluka dalam pemboman negara Zionis terhadap sebuah tenda yang menampung orang-orang terlantar di dekat zona industri, sebelah barat Kota Gaza.
Dalam konteks terkait, kantor media pemerintah di Jalur Gaza menganggap negara Zionis dan apa yang disebut “Yayasan Kemanusiaan Gaza” sepenuhnya bertanggung jawab atas pembunuhan sistematis dan penargetan warga sipil Palestina yang kelaparan di Jalur tersebut. Mereka menyerukan penyelidikan kriminal internasional yang mendesak atas bencana kemanusiaan selama sebulan ini, yang telah mengakibatkan terjadinya semua pelanggaran serius dan berat ini.
Kantor tersebut menyerukan dihentikannya segera semua transaksi dengan organisasi ini dan menggantinya dengan organisasi kemanusiaan yang netral, seperti Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan organisasi internasional dan PBB, untuk memastikan perlindungan warga sipil Palestina.
Kantor Media Pemerintah mengindikasikan bahwa pusat-pusat distribusi bantuan telah menjadi “jebakan maut massal,” yang mengakibatkan kematian lebih dari 580 warga sipil Palestina, lebih dari 4.200 orang terluka, dan 39 orang hilang.
Rumah-rumah Sakit: Tragedi yang Berkelanjutan
Sementara itu, direktur rumah sakit lapangan di Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, Dr. Marwan al-Hams, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sebagian besar sasaran korban cedera yang dialami di pusat-pusat distribusi bantuan menyasar pada tubuh bagian atas dan kepala.
Al-Hams memperingatkan bahwa berhenti beroperasinya Kompleks Medis Nasser di Jalur Gaza selatan akan menyebabkan bencana kemanusiaan yang nyata.
Sementara itu, UNRWA menyerukan untuk menghindari kelaparan di Jalur Gaza dan untuk dimulainya kembali bantuan kemanusiaan berskala besar, tanpa gangguan, dan aman di bawah mekanisme PBB. Badan tersebut menambahkan bahwa orang-orang di Gaza kelelahan setelah hampir 660 hari perang.
Pada saat yang sama, Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa sistem kesehatan di Jalur Gaza berisiko runtuh total tanpa bahan bakar, dan menyerukan agar sistem tersebut segera masuk ke Jalur tersebut.
Ada 16 rumah sakit yang beroperasi di Gaza, termasuk lima rumah sakit pemerintah dan 11 rumah sakit swasta, dari total 38 rumah sakit, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza..
Delapan rumah sakit lapangan juga beroperasi di Jalur tersebut, menyediakan layanan darurat di tengah genosida negara Zionis terhadap warga Palestina yang telah berlangsung selama lebih dari satu setengah tahun.
Sejak 2 Maret, penjajah telah memberlakukan blokade yang menyesakkan di Jalur tersebut, menutup penyeberangan bagi truk yang membawa perbekalan dan bantuan, yang ditumpuk di perbatasan. Hanya beberapa lusin truk yang diizinkan masuk, sementara warga Palestina di Gaza membutuhkan setidaknya 500 truk per hari.
Singa yang menyerang ke depan… dan Ajakan-ajakan untuk Pengusiran
Sebagai bagian dari rencana penggusuran yang didukung oleh banyak politisi negara Zionis, Menteri Energi negara Zionis Eli Cohen mengumumkan bahwa direktorat khusus telah dibentuk di dalam Kementerian Pertahanan (untuk melaksanakan rencana penggusuran). Ia menyatakan bahwa fokusnya harus pada pemindahan sukarela sebanyak mungkin penduduk Gaza.
Cohen menyerukan dorongan kuat untuk melaksanakan rencana penggusuran warga Palestina dari Jalur Gaza, dengan menyatakan bahwa tidak ada skenario dalam waktu dekat untuk membangun kembali Jalur Gaza, yang telah menghadapi perang genosida yang masih terus berlangsung sejak Oktober 2023.
Ia menegaskan dukungannya terhadap rencana penggusuran warga Palestina dari Gaza, dengan menambahkan, “Ini adalah rencana yang harus didorong maju dengan segala kekuatan. Tidak ada skenario untuk membangun kembali Jalur Gaza dalam waktu dekat.”
Hal ini terjadi ketika Otoritas Penyiaran negara Zionis mengumumkan bahwa militer penjajah telah memberi nama baru untuk agresinya di Jalur Gaza, “Singa yang menyerang ke depan.”
Nama baru tersebut merupakan kelanjutan dari nama perang negara Zionis melawan Iran (Rising Lion), dan diambil dari Kitab Taurat, sebagaimana lazimnya nama-nama perang negara Zionis: “Bangsa menyerupai singa yang menyerang ke depan dan seperti singa yang menyerbu ke depan.”