
Foto Pusat Informasi Palestina
Gaza – Di tengah tragedi kemanusiaan yang mencekik, dan saat warga Jalur Gaza berada di ambang kelaparan, otoritas pemerintah di Jalur Gaza telah mengungkap kejahatan baru yang lebih dari sekadar kelaparan dan pemboman: pil narkotika di dalam paket bantuan makanan, demikian seperti dilansir Pusat Informasi Palestina Jumat, 4 Juli 2025, 11:52 waktu setempat.
Insiden ini merupakan transisi penjajah ke fase perang psikologis dan kimia, di mana warga Palestina menjadi sasaran tidak hanya secara fisik, tetapi juga kesadaran, martabat, dan ketahanan sosial mereka.
Tepung yang Dicemari Narkoba: Bom di Dalam Sepotong Roti
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengumumkan pada hari Jumat bahwa pil narkotika “Oxycodone” ditemukan di dalam tas tepung yang didistribusikan di tempat yang dikenal sebagai pusat “Bantuan Amerika-negara Zionis”. Pusat-pusat ini, yang dikenal secara umum sebagai “jerat maut,” telah menjadi, di mata banyak orang, alat penindasan empuk yang mengandung maut dengan kedok bantuan.
Ini bukan satu-satunya kasus. Otoritas kesehatan dan keamanan mendokumentasikan beberapa laporan dari warga yang menemukan pil yang disembunyikan di dalam tepung, beberapa di antaranya dibungkus dengan kertas logam, yang lainnya dilarutkan langsung ke bahan makanan. Ini menimbulkan ancaman yang jelas terhadap kesehatan orang banyak, terutama dalam masyarakat yang bahkan tidak memiliki alat inspeksi dan pengawasan yang paling mendasar.
Penjajah yang Tertuduh: Satu Tangan Memberi Makan, yang Lain Narkoba
Penulis dan analis politik Sami Al-Sabah menganggap kejahatan ini bukan sesuatu yang acak atau tidak disengaja, melainkan bagian dari rencana yang disengaja untuk membunuh tokoh-tokoh Palestina dan menghancurkan kesadaran masyarakat. Ia berkata, “Semua bantuan yang masuk ke Gaza, termasuk inspeksi, distribusi, dan bahkan jenis makanan, diawasi oleh penjajah. Apakah masuk akal jika sejumlah besar obat-obatan akan masuk tanpa sepengetahuannya?”
Al-Sabah menunjukkan bahwa penjajah, setelah kegagalan alat militer tradisionalnya, berupaya untuk mereproduksi kebijakan penghancuran lunak melalui penyalahgunaan narkoba dan kekacauan sosial, dengan tujuan membongkar struktur perlawanan dari dalam.
Oxycodone: Senjata Kimia yang Disamarkan sebagai Obat
Obat yang ditemukan, “Oksycodone,” secara global diklasifikasikan sebagai salah satu zat opioid paling berbahaya. Obat ini digunakan secara medis hanya untuk mengobati nyeri parah, seperti kanker dan operasi besar, dan hanya diberikan di bawah pengawasan ketat.
Dr. Ibrahim Hamed menegaskan bahwa zat tersebut menyebabkan “euforia yang intens dan kecanduan yang cepat, bahkan dalam dosis kecil,” dan dapat menyebabkan depresi pernafasan atau kematian mendadak jika digunakan tanpa pengawasan.
Ia menambahkan, “Keberadaan zat ini dalam makanan anak-anak, wanita, dan orang tua, tanpa sepengetahuan mereka, tidak kalah berbahayanya dengan senjata kimia… Ini adalah kejahatan total.”
Lebih dari Sekadar Makanan: Menargetkan Jatidiri dan Kesadaran
Insiden “tepung beracun” tidak dapat dipisahkan dari konteks yang lebih luas. Ini adalah serangan yang ditargetkan pada jatidiri kolektif warga Palestina, yang menargetkan simbol-simbol moral dan spiritualnya. penjajah tidak lagi hanya membunuh warga sipil dalam antrian bantuan; mereka juga berusaha mencemari kesadaran dan keinginan mereka dari dalam.
Para analis meyakini bahwa kejahatan ini bersinggungan dengan sejarah panjang upaya penjajah untuk menumbuhkan kecanduan dan penyimpangan sebagai sarana untuk menghancurkan masyarakat Palestina, terutama mengingat krisis berturut-turut yang melemahkan kapasitas orang untuk melakukan perlawanan psikologis.
Angka yang Mengerikan… dan Kebisuan Dunia
Sejak penyaluran apa yang disebut “bantuan Amerika-negara Zionis” dimulai pada Mei 2025, lebih dari 652 warga sipil telah dibunuh oleh pasukan negara Zionis saat berusaha mendapatkan makanan, 4.537 lainnya terluka, dan 39 masih hilang.
Hari ini, senjata baru telah ditambahkan ke jumlah korban ini, yang menyerang secara diam-diam dan perlahan dari dalam: kecanduan yang mematikan.
Pemerintah Gaza meminta Dewan Hak Asasi Manusia dan Pengadilan Kriminal Internasional untuk membuka penyelidikan internasional yang mendesak atas insiden tersebut, segera menghentikan operasi pusat distribusi yang mencurigakan, dan membentuk mekanisme pengawasan internasional yang independen untuk memastikan bahwa bantuan tidak menjadi instrumen pembunuhan secara perlahan-lahan.
Pihak berwenang juga menekankan pentingnya kehati-hatian terhadap narasi negara Zionis yang menyesatkan yang mencoba melepaskan penjajah dari tanggung jawab atas kejahatan ini dan menggambarkan masyarakat Palestina sebagai masyarakat pecandu dan gila moral.
Ketika Bangsa Diserang dari Dalam Perutnya
Insiden “tepung narkoba” bukan sekadar anomali, tetapi titik balik yang berbahaya dalam konflik ini. Ketika makanan menjadi alat tersembunyi untuk pembunuhan psikologis dan sosial, dan ketika rasa lapar dieksploitasi untuk menyebarkan racun, ini berarti penjajah tersebut menjadikan warga Palestina sebagai sasaran perang yang menyeluruh: perang terhadap kesadaran, kekebalan moral, dan martabat.