
Bagian dari kehancuran di Jalur Gaza utara akibat serangan negara Zionis yang terus berlanjut (AFP), foto diambil dari al Jazeera
Tentara negara Zionis pada hari Rabu mengumumkan dimulainya tahap persiapan penjajahan Kota Gaza, dengan operasi intensif di wilayah Zeitoun dan Jabalia. Hal ini terjadi setelah Menteri Pertahanan negara Zionis, Yisrael Katz, menyetujui rencana “Gideon Wagons 2” untuk merebut kendali kota tersebut, dengan mengerahkan puluhan ribu tentara, meskipun para mediator telah berupaya mencapai kesepakatan, sehingga menuai berbagai kritik di negara Zionis, demikian seperti dilansir Al Jazeera pada 20 Agustus 2025 11:45 (waktu Mekkah).
Radio Tentara negara Zionis melaporkan bahwa dalam beberapa hari mendatang, militer akan mulai mendesak warga Gaza ke bagian selatan Jalur Gaza, sebagai bagian dari operasi persiapan penjajahan kota tersebut.
Seorang pejabat militer negara Zionis, yang dikutip oleh Reuters, juga mengatakan bahwa rencana untuk menyerang Kota Gaza diperkirakan akan selesai dalam beberapa hari mendatang, dan mencatat bahwa tentara juga akan mengirimkan surat panggilan untuk ribuan tentara dalam beberapa hari.
Ia menambahkan bahwa negara Zionis akan mengerahkan hingga 50.000 pasukan cadangan menjelang operasi yang direncanakan untuk merebut Kota Gaza, tetapi menyatakan bahwa sebagian besar pasukan yang berpartisipasi dalam operasi di pusat kota terbesar di Jalur Gaza tersebut adalah tentara aktif. Ia menjelaskan bahwa tentara cadangan akan mulai bertugas September mendatang, seraya mencatat bahwa sebagian besar pasukan yang dimobilisasi dalam fase baru ini akan berasal dari pasukan aktif, bukan cadangan.
Ia menjelaskan bahwa tentara cadangan yang akan dikerahkan dapat menjalankan misi di dalam Angkatan Udara, intelijen, atau misi dukungan, atau mereka dapat menggantikan tentara aktif yang ditempatkan di luar Gaza.
Persetujuan Rencana
Pada hari Selasa, Kementerian Pertahanan negara Zionis menyetujui rencana untuk menjajah dan menyerang Kota Gaza dalam operasi militer dengan nama sandi “Gideon’s Wagons 2,” sebuah rencana yang diajukan oleh Kepala Staf negara Zionis, Eyal Zamir.
Media negara Zionis melaporkan bahwa rencana tersebut diberi nama ini sebagai kelanjutan dari Operasi Gideon’s Wagons, yang dilancarkan militer pada 17 Mei, meskipun para politisi dan mantan personel militer negara Zionis mengakui kegagalannya.
Otoritas Penyiaran negara Zionis melaporkan bahwa militer memutuskan untuk mengerahkan 60.000 tentara cadangan guna melaksanakan rencana untuk menguasai Kota Gaza.
Menteri Pertahanan negara Zionis mengklaim bahwa rencana tersebut akan menciptakan kondis diakhirinya perang dengan pembebasan semua tahanan negara Zionis di Jalur Gaza, pelucutan senjata Gerakan Perlawanan Islam (Ham4s), pengasingan para pemimpinnya, dan demiliterisasi Gaza.
Ia juga mengklaim telah menyetujui apa yang ia sebut sebagai “persiapan kemanusiaan” untuk menampung warga Palestina yang akan dipaksa keluar dari Kota Gaza oleh tentara ke wilayah selatan Jalur Gaza, menurut klaimnya.
“Jebakan Maut”
Di sisi lain, mantan Perdana Menteri negara Zionis Ehud Barak menggambarkan rencana yang disetujui oleh Katz untuk menjajah Gaza sebagai “jebakan maut.”
Ia menekankan bahwa penjajahan Gaza “akan menguntungkan Ham4s dan memberinya kemenangan politik,” dan bahwa operasi tersebut tidak akan memulangkan tawanan negara Zionis, melainkan akan membunuh mereka.
Di sisi lain, keluarga tawanan negara Zionis berpendapat bahwa rencana yang seharusnya disetujui adalah kesepakatan pertukaran untuk memulangkan semua tawanan, bukan rencana untuk menjajah Kota Gaza.