
Tangkapan layar Al Jazeera
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan para ahli internasional secara resmi menyatakan, untuk pertama kalinya, pada hari Jumat, bencana kelaparan yang meluas di Jalur Gaza. Ini adalah pertama kalinya bencana kelaparan diumumkan di Timur Tengah.
Mengutip Al Jazeera tanggal 22 Agustus 2025, 15:01 (waktu Mekah), Organisasi Kesehatan Dunia, Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), Program Pangan Dunia (WFP), dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mengeluarkan pernyataan bersama di Jenewa yang mengonfirmasi bahwa lebih dari setengah juta orang di Gaza terjebak dalam bencana kelaparan.
Organisasi-organisasi tersebut menyatakan bahwa negara Zionis harus memastikan ketersediaan pangan dan pasokan medis tanpa hambatan bagi penduduk Gaza untuk mengurangi kematian akibat kelaparan dan malnutrisi.
Ditambahkan pula bahwa jumlah orang yang menderita kekurangan pangan di Jalur Gaza telah meningkat tiga kali lipat, dan mereka menyerukan gencatan senjata segera.
Dalam konteks ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa kelaparan sedang menyebar di seluruh Jalur Gaza, menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya mereka memantau wabah kelaparan di Timur Tengah.
Bersamaan dengan pernyataan bersama PBB tersebut, Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), sebuah inisiatif global yang mengkhususkan diri dalam mengukur ketahanan pangan dan malnutrisi, mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa kelaparan sedang menyebar di Jalur Gaza.
IPC menambahkan bahwa lebih dari setengah juta orang di Gaza menghadapi kondisi yang ditandai dengan kelaparan, kekurangan, dan kematian, dan memperkirakan bahwa kelaparan akan menyebar ke Deir al-Balah (tengah) dan Khan Yunis (selatan) pada akhir bulan ini, menyerukan diakhirinya kelaparan di Gaza dengan segala cara.
Observatorium, yang beranggotakan para ahli dari berbagai negara, melanjutkan bahwa malnutrisi akut akan memburuk dengan cepat di Jalur Gaza hingga Juni 2026.
Pagi ini, Ghadeer Barika yang berusia lima bulan meninggal dunia di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, akibat malnutrisi. Ia menjadi korban terbaru dari kelaparan yang sejauh ini telah membuat syahid 272 warga Palestina, termasuk 113 anak-anak, menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan di Gaza.
Kelaparan yang Disengaja
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyatakan bahwa kelaparan di Gaza adalah bencana buatan manusia.
Dalam sebuah pernyataan, Guterres mengatakan bahwa negara Zionis harus memastikan ketersediaan makanan dan pasokan medis bagi penduduk Gaza.
Ia juga menyatakan bahwa situasi di Jalur Gaza tidak dapat dibiarkan berlanjut tanpa akuntabilitas, menekankan perlunya gencatan senjata segera dan jaminan sampainya bantuan.
Sementara itu, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, menyatakan bahwa bencana kelaparan di Gaza merupakan bencana yang disengaja dan merupakan akibat langsung dari larangan masuknya makanan dan pasokan penting oleh negara Zionis selama berbulan-bulan.
Lazzarini menambahkan bahwa deklarasi resmi bencana kelaparan di Kota Gaza sangat mengkhawatirkan tetapi tidak mengejutkan, menekankan bahwa penyebaran bencana kelaparan dapat dihentikan melalui gencatan senjata dan memungkinkan organisasi-organisasi kemanusiaan untuk menjalankan tugas mereka.
Dalam konteks ini, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Türk, mengatakan bahwa bencana kelaparan di Gaza merupakan akibat langsung dari tindakan pemerintah negara Zionis.
Turk menambahkan bahwa kematian akibat kelaparan di Gaza dapat dianggap sebagai kejahatan perang berupa pembunuhan yang disengaja.
Tom Fletcher, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, mengatakan bahwa kelaparan di Gaza sebenarnya bisa dihindari, tetapi ada hambatan yang dihadapi PBB, seraya menambahkan bahwa sistem distribusi bantuan di Jalur Gaza telah dilumpuhkan.
Menyusul konfirmasi PBB, Komite Penyelamatan Internasional mengatakan hal ini seharusnya menjadi peringatan bagi komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan.
Kementerian Luar Negeri Jerman juga mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan tentang memburuknya kelaparan di Gaza dan mendesak negara Zionis untuk segera mengizinkan akses kemanusiaan yang memadai.
Penolakan Negara Zionis
Menanggapi pernyataan PBB tentang kelaparan di Gaza, Kementerian Luar Negeri negara Zionis mengklaim bahwa laporan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu didasarkan pada apa yang disebutnya “kebohongan Ham4s.”
Mereka juga mengklaim bahwa laporan WHO “direkayasa dan dirancang untuk mendukung kampanye propaganda Ham4s,” dan kembali membantah adanya kelaparan di Jalur Gaza.
Tentara negara penjajah Zionis juga menyerang laporan PBB tersebut, mengklaim bahwa laporan tersebut memberikan gambaran yang salah dan bahwa warga Gaza menerima cukup makanan setiap hari.
Setelah pembatalan perjanjian gencatan senjata Maret lalu, negara Zionis memulai pelaparan sistematis terhadap penduduk Gaza dengan membatasi masuknya bantuan, dan mulai bulan Mei, membatasinya hanya untuk yang disebut “Yayasan Kemanusiaan Gaza.”