
Foto kantor berita Quds Press
Gaza – Dr. Mohammed Abu Salmiya, Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, memperingatkan bahwa beberapa jam mendatang ini akan menjadi penentu nasib sektor kesehatan di Jalur Gaza yang terkepung, mengingat sangat minim bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan generator. Hal ini mengancam akan mengubah rumah sakit menjadi “kuburan” alih-alih tempat untuk menyelamatkan pasien, demikian seperti dilaporkan kantor berita Quds Press pada 2 Juli 2025 11:24 (waktu setempat).
Abu Salmiya mengatakan pada hari Selasa bahwa rumah sakit membutuhkan antara 1.500 dan 1.700 liter bahan bakar setiap hari, sementara hanya 1.000 liter yang tersedia, hampir tidak cukup untuk mengoperasikan generator selama beberapa jam.
Ia menjelaskan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dihubungi untuk memperingatkan mereka tentang keseriusan situasi yang mengancam keruntuhan total sistem kesehatan.
Abu Salmiya membenarkan bahwa situasinya telah mencapai tahap kritis, yang memaksa mereka memutus aliran listrik ke departemen dialisis, yang menyebabkan lebih dari 350 pasien menderita karena tidak dapat menjalani sesi dialisis.
Ia menambahkan bahwa unit perawatan intensif tidak dapat ditutup bahkan untuk semenit pun, sementara departemen operasi bedah beroperasi dengan kapasitas minimal, meskipun negara Zionis terus menerus melakukan pemboman setiap hari.
Ia melanjutkan, “Jika kami tidak mendapatkan pasokan bahan bakar dalam beberapa jam kedepan, kami terpaksa menutup departemen vital lainnya, yang berarti akan mengancam 13 pasien dalam perawatan intensif, puluhan orang terluka yang membutuhkan operasi mendesak, dan 17 anak di ruang perawatan anak di Rumah Sakit Internasional Al-Helou yang berisiko meninggal.”
Ia menekankan bahwa penutupan generator akan menyebabkan “bencana nyata,” seraya menambahkan, “Tanpa listrik, rumah sakit tidak akan dapat berfungsi dan akan berubah menjadi kuburan.”
Kekurangan Parah Obat-obatan dan Darah
Direktur Rumah Sakit Al-Shifa menjelaskan terjadinya kekurangan obat-obatan, pasokan medis, dan unit darah yang parah, mengingat banyaknya korban tewas dan luka akibat serangan udara negara Zionis. Ia menambahkan, “Tidak ada sistem kesehatan di dunia yang dapat menangani jumlah korban luka sebanyak ini, apalagi sistem kesehatan yang beroperasi hanya pada 25% dari kapasitasnya karena penghancuran.”
Kementerian Kesehatan berulang kali memperingatkan pada bulan Juni bahwa layanan vitalnya akan terganggu karena krisis bahan bakar yang diakibatkan oleh penutupan pintu perbatasan dan larangan masuknya bantuan. Pada tanggal 25 Juni, kementerian mengumumkan bahwa rumah sakit sangat penuh sesak, terutama di unit rawat inap dan perawatan intensif, di tengah peningkatan jumlah pasien kritis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Abu Salmiya juga mencatat bahwa hanya 45 kamar operasi yang beroperasi dari 312 kamar, dengan kapasitas terbatas yang tidak memungkinkan untuk tindakan bedah yang mendesak dan rumit.
Krisis yang belum Pernah Terjadi Sebelumnya di Unit Darah
Abu Salmiya menjelaskan bahwa sektor kesehatan juga menghadapi krisis darah yang serius, dengan rumah sakit membutuhkan sekitar 10.000 unit darah selama bulan lalu, jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mencerminkan skala cedera akibat agresi. Ia mencatat bahwa sebagian besar penduduk Gaza menderita anemia dan kekurangan gizi, sehingga 90% dari mereka tidak dapat mendonorkan darah.
Abu Salmiya mengakhiri dengan mengimbau masyarakat internasional untuk menghentikan perang, menganggapnya sebagai “kebutuhan kemanusiaan yang mendesak.” Ia menyerukan agar pintu perbatasan segera dibuka untuk memungkinkan masuknya peralatan medis dan obat-obatan, sambil menekankan bahwa “masalah ini tidak dapat ditunda.”
Sejak 7 Oktober 2023, negara Zionis, dengan dukungan Amerika, telah melakukan genosida di Jalur Gaza, termasuk pembunuhan, kelaparan, penghancuran, dan pemindahan, mengabaikan seruan internasional dan perintah dari Mahkamah Internasional untuk menghentikannya.