
Foto Al Jazeera
Di saat anak muda dan orang tua sekarat di jalanan dan rumah sakit di Gaza akibat kelaparan sistematis yang dilakukan negara Zionis terhadap mereka, dengan dukungan Amerika, badan-badan PBB menolak untuk secara resmi menyatakan bencana kelaparan di Jalur Gaza, demikian seperti dilansir Aljazeera pada 20 Juli 2025 jam 01:05 (waktu Makkah).
Pada hari Sabtu, bayi Palestina berusia tiga bulan, Yahya al-Najjar, meninggal karena kekurangan gizi, sementara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) mengatakan telah menerima laporan yang meresahkan tentang anak-anak dan orang dewasa yang menderita kelaparan di rumah sakit.
Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) juga mengimbau dunia untuk membantu menyelamatkan lebih dari dua juta orang, termasuk satu juta anak-anak, yang berisiko kelaparan di Jalur Gaza. UNRWA menyatakan bahwa mereka memiliki cukup makanan untuk memberi makan seluruh penduduk selama tiga bulan, tetapi tidak dapat mengirimkannya.
Standar PBB Terpenuhi
Menurut laporan berita yang disusun oleh Naseeba Musa untuk Al Jazeera, kriteria untuk menyatakan kelaparan secara resmi di wilayah mana pun di dunia telah terpenuhi di Gaza selama beberapa waktu. Kriteria ini mencakup 20% populasi yang menghadapi tingkat kelaparan parah, dan 30% anak-anak yang terdokumentasi menderita kekurusan dan kekurangan berat badan yang parah.
Pusat Informasi Pemerintah di Jalur Gaza menunjukkan bahwa 650.000 anak (dari populasi 2,4 juta jiwa) berisiko meninggal dunia akibat malnutrisi dan kelaparan, sementara sekitar 60.000 ibu hamil berada dalam risiko serius akibat kurangnya makanan dan layanan kesehatan yang memadai.
Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) juga mengumumkan bahwa 112 anak di Gaza dirawat di rumah sakit setiap hari untuk perawatan malnutrisi dan kekurusan parah, di samping 620 kematian akibat kelaparan, 70 diantaranya telah meninggal dunia sejak Juni lalu.
Saat warga mencari makanan yang langka, negara Zionis membunuh sekitar 900 warga Palestina ketika mereka menuju pusat distribusi bantuan pangan yang dikelola oleh “Yayasan Kemanusiaan Gaza.”
Di daerah Al-Mawasi, Khan Yunis, Jalur Gaza selatan, salah satu daerah terpadat bagi para pengungsi, sekitar satu juta orang menghadapi ancaman kematian akibat kelaparan setelah lebih dari 100 hari menghadapi larangan masuknya makanan kepada mereka.
Bahkan upaya untuk membeli makanan pun hampir mustahil, mengingat perang dan blokade yang telah merenggut harta milik rakyat. Makanan langka hingga tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan harganya tak terbayangkan.
Gula dijual per gram.
Satu kilogram tepung harganya mencapai lebih dari $50 dolar Amerika, membuat hara sepotong roti di Gaza menjadi impian yang tak terjangkau. Gula dijual per gram, seperti emas, dan harga satu gram telah mencapai $1 dolar Amerika, yang berarti satu kilogram harganya $1.000.
Sayuran, jika ada, harganya mulai dari $2 dolar per biji. Ini berarti satu keluarga membutuhkan $150 dolar per hari untuk membeli satu kali makan.
Jika orang memutuskan untuk mendapatkan sekantong tepung atau makanan kaleng dari organisasi yang didirikan negara Zionis bekerja sama dengan Amerika Serikat di ujung selatan Jalur Gaza, mereka harus berjalan kaki, dengan tubuh yang ringkih dan kekuatan yang melemah, setidaknya enam kilometer sekali jalan.
Bahkan dengan menempuh jarak sejauh ini meskipun dalam kondisi lapar dan haus, tidak menjamin orang yang menempuhnya tidak pulang dengan tangan kosong, bahkan mungkin tewas, karena pasukan penjajah negara Zionis secara acak dan sengaja menembaki para pencari bantuan.
Kemarin beberapa saat sebelum laporan ini diturunkan, sumber di rumah sakit Gaza melaporkan bahwa 116 warga Palestina gugur syahid akibat tembakan tentara negara Zionis, termasuk 38 orang pencari bantuan.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, direktur Kompleks Medis Al-Shifa, Mohammed Abu Salmiya, mengatakan bahwa dua orang telah meninggal di Jalur Gaza akibat kekurangan gizi sejak Jumat. Ia mengonfirmasi bahwa kelaparan di Jalur Gaza telah mencapai tahap yang sangat parah dan mempengaruhi semua lapisan masyarakat.