
Foto Pusata Informasi Palestina
Gaza – Jalur Gaza mengalami peningkatan kasus kelumpuhan flaksid akut, suatu gangguan neurologis langka yang tiba-tiba menyerang anak-anak, menyebabkan kelemahan otot yang parah dan berpotensi kehilangan mobilitas, demikian seperti dilaporkan Pusat Informasi Palestina pada Selasa, 5 Agustus 2025, jam 14.06.
Di antara kasusnya seperti yang menimpa Aseel Rami Saad (10 tahun), yang tiba-tiba pingsan. Dokter menemukan bahwa ia mengalami peradangan saraf yang menyebabkan tubuhnya sangat lemah.
Meskipun sedikit membaik setelah menjalani terapi fisik dan minum obat, kesehatannya masih rapuh. Keluarganya menghadapi kesulitan yang signifikan dalam menyediakan makanan dan kebutuhan medisnya. Keluarga tersebut tinggal di sebuah tenda di pusat Kota Gaza setelah mengungsi dari desa Shuja’iyya, dalam kondisi kemanusiaan dan kehidupan yang keras yang bahkan membuat mereka tidak mampu untuk memperoleh keperluan perawatan paling dasar sekalipun.
Kementerian Kesehatan di Gaza pada hari Selasa mengumumkan pendaftaran 95 kasus sindrom Guillain-Barré yang langka, diantaranya pada 45 anak-anak, dan memperingatkan adanya “penyebaran yang mengkhawatirkan dan cepat” di antara warga Palestina akibat air yang terkontaminasi dan malnutrisi akibat kebijakan pelaparan negara Zionis.
Direktur Jenderal Kementerian, Dr. Munir al-Barsh, mengatakan sehari setelah Kementerian Kesehatan mengumumkan pendaftaran tiga wafat akibat sindrom langka ini, termasuk dua anak di bawah usia 15 tahun, bahwa sindrom ini, yang dikenal sebagai kelumpuhan flaksid akut, diklasifikasikan sebagai “penyakit langka” yang telah menyebar luas secara mengkhawatirkan di Jalur Gaza, terutama di kalangan anak-anak.
Ia mengonfirmasi bahwa Jalur Gaza telah mencatat 95 kasus sindrom ini dalam “periode singkat,” yang tidak disebutkannya, termasuk 45 anak-anak. Ia mengatakan angka peristiwa dalam situasi normal tidak melebihi satu kasus per tahun.
Al-Barsh menunjukkan bahwa sindrom ini dimulai dengan hilangnya gerakan otot secara tiba-tiba, pertama-tama mempengaruhi ujung-ujung bawah dan kemudian menyebar ke atas, serta dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan berujung pada kematian.
Pada 22 Juli, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan pendaftaran 45 kasus “kelumpuhan flaksid akut” di Jalur Gaza selama bulan Juni dan Juli, sebuah peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat memburuknya kondisi lingkungan dan kesehatan serta malnutrisi.
Al-Barash mengaitkan penyebaran penyakit langka ini di Gaza dengan “polusi air dan malnutrisi” akibat kebijakan kelaparan negara Zionis. Ia juga menganggap penyebaran penyakit yang “cepat” ini di Gaza sebagai “indikator berbahaya dari runtuhnya situasi kesehatan dan memburuknya bencana kemanusiaan akibat blokade dan pencegahan masuknya obat-obatan dan nutrisi penting.”
Pada hari Senin, Kementerian mengumumkan pendaftaran tiga kematian, termasuk dua anak dengan sindrom Guillain-Barré, akibat malnutrisi dan kegagalan upaya penyelamatan akibat kurangnya perawatan. Kementerian memperingatkan “bencana menular yang nyata dan potensial.”
Sindrom Guillain-Barré adalah gangguan yang sering mempengaruhi saraf di seluruh tubuh, yang menyebabkan kerusakan. Sindrom ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang bagian-bagian tertentu dari sistem saraf. Gejala yang paling menonjol meliputi “kelemahan umum, kesemutan dan mati rasa pada ujung-ujung tubuh, serta kelumpuhan total.”
Ahmed Al-Farra, kepala departemen pediatri dan kebidanan di Kompleks Medis Nasser di Khan Yunis, mengatakan bahwa penyakit ini menyerang orang-orang dari segala usia, tetapi lebih umum di kalangan anak-anak. Penyakit ini dimulai dengan kelemahan pada anggota badan, kemudian anak tersebut kehilangan kemampuan untuk berdiri atau berjalan. Kemudian berkembang menjadi kelumpuhan total pada organ-organ tubuh, terkadang mempengaruhi sistem pernapasan, “yang dalam beberapa kasus memaksa kami untuk menggunakan respirator buatan.”
Ia menjelaskan bahwa pengobatan optimal untuk penyakit ini adalah imunoglobulin, obat yang mahal dan memerlukan pendinginan khusus. Namun, saat ini tidak tersedia di Gaza karena larangan masuknya obat tersebut ke Jalur Gaza oleh penjajah.
Ia menunjukkan bahwa ada alternatif pengobatan lain yang mengandalkan pemurnian plasma melalui filter khusus untuk menghilangkan badan imun yang menyerang saraf perifer. Namun, penjajah juga mencegah masuknya filter ini, sehingga menghambat penerapan protokol pengobatan ini.
Dr. Al-Farra menambahkan, “Kelumpuhan flaksid akut berkaitan langsung dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat malnutrisi, serta akibat mengonsumsi air yang tidak bersih. Diyakini bahwa banyak kasus dimulai setelah infeksi usus atau virus, yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang saraf ujung-ujung.”
Rumah sakit di Jalur Gaza telah mencatat 188 kasus wafat akibat kelaparan dan malnutrisi sejak perang genosida negara Zionis, termasuk 94 anak-anak.
Kantor Media Pemerintah mengonfirmasi bahwa lebih dari satu juta anak menderita malnutrisi parah di Jalur Gaza, akibat kekurangan pangan, kelangkaan air, dan sistem kesehatan yang memburuk.
Pada 24 Juli, organisasi bantuan internasional Oxfam memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa penyakit di Jalur Gaza dapat berubah menjadi bencana mematikan akibat kelaparan, kesulitan mengakses air bersih, dan kurangnya tempat tinggal serta layanan kesehatan.
Sebelumnya, Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyatakan bahwa anak-anak di Gaza menghadapi kematian akibat pemboman, malnutrisi, kelaparan, dan kurangnya bantuan serta layanan vital.
Organisasi PBB tersebut menekankan bahwa anak-anak di Jalur Gaza membutuhkan makanan, air, obat-obatan, dan perlindungan. Yang terpenting, mereka membutuhkan gencatan senjata, sekarang juga.
Jalur Gaza sedang mengalami salah satu krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarahnya, dengan bencana kelaparan parah yang berpadu dengan perang genosida yang dilancarkan negara Zionis sejak 7 Oktober 2023. Hal ini terjadi di saat rumah sakit-rumah sakit di Gaza mengalami kekurangan obat-obatan dan pasokan yang parah, serta hampir runtuhnya kemampuan mereka secara diagnostik dan medis.