
Foto Palinfo
Adnan Abu Hasna, penasihat media untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan bahwa jumlah korban syahid yang sakit dan kelaparan di Jalur Gaza jauh lebih tinggi daripada yang diumumkan Kementerian Kesehatan. Ia mencatat bahwa penyebaran penyakit bersifat “lintas batas” dan mungkin sampai ke “pihak negara Zionis.” demikian seperti dilansir Palinfo pada Selasa, 2 September 2025, 20.00
Abu Hasna mengkonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa angka yang diumumkan hanya mencakup warga Gaza yang pergi ke klinik dan rumah sakit, menekankan bahwa informasi UNRWA mengonfirmasi bahwa banyak orang sakit dan kelaparan meninggal dalam diam.
Ia menunjukkan bahwa orang-orang ini dikubur di sekitar dan di dalam tenda-tenda dan di tempat penampungan, dan tidak dilaporkan. Ia menyatakan keyakinannya bahwa jumlah korban syahid akibat perang ini “jauh lebih tinggi daripada yang diumumkan.”
Penasihat media UNRWA memperingatkan tentang meningkatnya angka kematian di Gaza, di bawah supervisi “Yayasan Kemanusiaan Gaza” atas bantuan yang masuk, di samping penjarahan yang menargetkan bantuan lainnya.
Sebelumnya pada hari Selasa, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan telah mencatat 70 orang syahid, diantaranya 17 anak-anak, di Jalur Gaza sejak deklarasi resmi bencana kelaparan. Kementerian tersebut mengungkapkan bahwa 43.000 anak di bawah usia 5 tahun dan lebih dari 55.000 ibu hamil dan menyusui menderita malnutrisi.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian mengkonfirmasi dampak bencana kelaparan di Jalur Gaza yang semakin cepat, dengan 185 orang syahid akibat malnutrisi tercatat pada Agustus lalu.
Menurut Abu Hasna, tubuh warga Palestina tidak lagi kebal terhadap penyakit dan mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh. Virus dan bakteri menyebar secara berbahaya, berpotensi menyebabkan kematian, kelumpuhan, atau berbagai penyakit lainnya.
Ia menunjukkan bahwa penyebaran meningitis, penyakit yang ia gambarkan sebagai sangat berbahaya yang telah diberantas habis sebelum perang, selain penyebaran hepatitis, bertepatan dengan penyebaran kelaparan, dan bahwa semua upaya untuk memeranginya sejauh ini tidak berhasil, bahkan setelah deklarasi PBB.
Jalur Gaza juga menyaksikan keruntuhan sistem kemanusiaan dan kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sementara operasi militer semakin intensif di Kota Gaza, yang menyebabkan kerusakan infrastruktur lebih lanjut dan ratusan ribu orang tinggal di tenda-tenda tanpa fasilitas apa pun, menurut Abu Hasna.
Ia memperkirakan penyebaran penyakit-penyakit ini secara signifikan, dengan semakin hilangnya kekebalan dan kematian, seraya menyebutkan peningkatan jumlah wafat selama 48 jam terakhir sebagai akibat dari “runtuhnya sistem vital dalam tubuh warga Gaza dan malnutrisi yang terakumulasi.”
Menurut penasihat media UNRWA, penyakit bukan satu-satunya yang menghancurkan warga Gaza yang kelelahan dan kelaparan. Ia menunjukkan bahwa ratusan ribu warga Palestina telah menderita gangguan psikologis dan mental, yang berkontribusi pada tingkat yang berbahaya terhadap keruntuhan organ-organ vital.
Abu Hasna menekankan bahwa kelaparan semakin parah di saat pasokan obat-obatan, makanan terapeutik, suplemen, dan bahkan vaksinasi anak-anak dilarang masuk.