
Foto Aljazeera
Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa mengatakan bahwa telah terjadi negosiasi tidak langsung antara negaranya dan Israel melalui mediator untuk meredakan situasi dan mencegah hilangnya kendali, karena serangan udara Israel terhadap Suriah yang terus berlanjut.
Mengutip Aljazeera Net pada 7 Mei 2025 jam 22:23 (waktu Mekah), hal itu disampaikan dalam konferensi pers bersama antara al-Sharaa dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang menerima mitranya dari Suriah di Istana Élysée pada hari Rabu, kunjungan pertamanya ke negara Barat sejak mengambil alih kekuasaan menyusul penggulingan Bashar al-Assad Desember lalu.
Reuters melaporkan bahwa Uni Emirat Arab telah membangun jalur belakang untuk perundingan antara Israel dan Suriah, di saat penguasa baru Suriah itu mencari bantuan regional untuk mengelola hubungan yang semakin bermusuhan dengan Israel.
Al-Sharaa mengatakan bahwa ia dan presiden Prancis membahas keamanan perbatasan Suriah, serangan Israel yang sedang berlangsung, dan situasi di perbatasan dengan Lebanon. Ia menambahkan, “Kami menunjukkan bahwa kami adalah mitra serius dalam memerangi narkoba dan bekerja sama dengan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia.” Ia juga “membuka pintu bagi komite investigasi internasional terkait serangan sektarian.”
Presiden Suriah menambahkan bahwa pemerintahannya telah bertindak cepat untuk menghadapi serangan sektarian, dan menekankan bahwa otoritas baru negara itu tengah berupaya untuk mengakhiri pemerintahan otoriter yang menggunakan sektarianisme sebagai senjata.
Al-Sharaa menekankan bahwa masa depan Suriah tidak akan dibentuk di ruang tertutup atau tidak akan diputuskan di ibukota-ibu kota yang jauh. Ia menegaskan bahwa tidak ada pembenaran untuk melanjutkan sanksi terhadap negaranya, yang terbentang di hadapannya berbagai tantangan yang menghambat untuknya mampu melewati sanksi-sanksi itu.
Sementara itu, presiden Prancis menekankan perlunya bekerja cepat untuk mencabut sanksi terhadap Suriah, yang membutuhkan waktu pemulihan yang lama. “Di sana ada seorang pemimpin yang telah mengakhiri rezim sebelumnya yang kami kecam,”
Macron berkomentar dalam konferensi pers bersama dengan al-Sharaa. “Saya katakan kepada presiden bahwa jika ia melanjutkan jalannya, kami akan melakukan hal yang sama. Yaitu, pertama, secara bertahap mencabut sanksi Eropa, dan kemudian kami juga akan menekan mitra Amerika kami untuk mengikuti langkah yang sama dalam masalah ini.
Ia mengatakan bahwa dialog dengan presiden Suriah amat penting dan konstruktif, dan bahwa kita harus terus bekerja sama. Ia berkata, “Lebih baik bagi kita untuk tetap berada di pihak Suriah karena itu demi kepentingan kita.”
Kunjungan Sharaa ke Prancis merupakan awal yang berpotensi membuka hubungan lebih luas dengan negara-negara Barat. Hal ini juga terjadi di tengah maraknya kekerasan sektarian di Suriah, tempat Sharaa berkuasa setelah kelompok Islamisnya, Hayat Tahrir al-Sham, memimpin serangan yang menggulingkan mantan Presiden Bashar al-Assad – seorang anggota minoritas Alawite – yang telah berkuasa selama lebih dari dua dekade,
Menurut Kantor Berita Arab Suriah, Sharaa akan membahas dengan Macron mengenai rekonstruksi dan kerja sama ekonomi, khususnya di sektor energi dan penerbangan, serta serangan Israel yang sedang berlangsung dan hubungan Suriah dengan Lebanon.
Istana Élysée mengatakan Macron akan menegaskan kembali dukungan Prancis untuk “Suriah yang bebas, stabil, dan berdaulat yang menghormati semua komponen masyarakat Suriah.” Ia juga akan menekankan pentingnya stabilitas regional, khususnya di Lebanon, serta perang melawan terorisme.
Sumber: