
Serangan Israel menargetkan tenda-tenda pengungsi di daerah Al-Mawasi, sebelah barat Khan Yunis, di Jalur Gaza selatan (media sosial), foto diambil dari Al Jazeera Net
Sepuluh warga Palestina gugur syahid dan puluhan lainnya luka-luka dalam serangan udara Israel yang menargetkan tenda-tenda pengungsi di daerah Mawasi di sebelah barat Khan Yunis dan sebuah sekolah yang menampung pengungsi di Kota Gaza. Sedangkan empat belas orang warga lanjut usia Palestina syahid di Jalur Gaza dikarenakan kelaparan dan kekurangan gizi.
Mengutip Aljazeera Net pada 11 Mei 2025 jam 09:30 (waktu Mekah), bahwa pada saat yang sama, pesawat dan artileri Israel mengintensifkan pengeboman besar-besaran terhadap kota Rafah dan Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, selain desa Shuja’iyya dan al-Tufah di sebelah barat Kota Gaza.
Seorang koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa pesawat nirawak Israel mengebom tenda-tenda yang menampung para pengungsi di daerah Mawasi, Khan Yunis, di Jalur Gaza selatan, delapan orang syahid, termasuk tiga anak-anak dan dua wanita, serta melukai beberapa orang lainnya.
Di Kota Gaza, dua orang syahid dan beberapa lainnya, termasuk anak-anak, terluka dalam serangan Israel yang menargetkan sekolah “Gaza Baru”, yang menampung para pengungsi di sebelah barat Kota Gaza.
Seorang koresponden Al Jazeera mengonfirmasi bahwa sekolah milik Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) itu telah menjadi sasaran serangan serupa oleh Israel lebih dari satu kali selama perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Di kota yang sama, satu orang tewas dan beberapa lainnya cedera dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di desa Sheikh Radwan. Dokter di Kompleks Medis Al-Shifa menjelaskan para korban cedera dalam kondisi luka sedang.
Koresponden Al jazeera juga menambahkan bahwa empat warga Palestina gugur syahid dan yang lainnya cedera dalam serangan udara Israel di selatan Deir al-Balah, Jalur Gaza bagian tengah.
Wafat dalam Kelaparan
Observer Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania menyatakan bahwa Jalur Gaza tengah menyaksikan gelombang ajal dalam diam yang merenggut nyawa semakin banyak orang tua dan anak-anak. Disebutkan bahwa angka ajal yang terus meningkat ini disebabkan oleh kondisi keseharian yang mematikan yang diciptakan oleh Israel kepada penduduk Jalur Gaza.
Observer tersebut mengumumkan bahwa 14 orang tua meninggal di Gaza dalam waktu sepekan karena kelaparan dan blokade Israel, memperingatkan dampak krisis kemanusiaan di Gaza, yang telah mencapai tingkat bencana dan telah mempengaruhi semua lapisan masyarakat.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan bahwa Jalur Gaza telah berada di bawah blokade penuh selama tiga bulan berturut-turut.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan bahwa 70% warga kini berada di zona militer Israel, atau di zona yand diperintahkan untuk dikosongkan, atau keduanya.
Kantor PBB memperingatkan bahwa orang-orang di Jalur Gaza sedang sekarat, seraya mencatat bahwa PBB dan mitranya siap untuk mengintensifkan bantuan kemanusiaan mereka segera setelah blokade di Jalur tersebut dicabut.
Sementara itu, Olga Cherevko, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Gaza, menyerukan pembukaan gerbang perbatasan dan pencabutan blokade, dengan mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera bahwa “penderitaan di Jalur tersebut sangat besar dan tak terlukiskan.”
Pada Sabtu malam, Pemerintah Kota Gaza mengimbau masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan untuk segera campur tangan guna mengakhiri bencana dan penderitaan kemanusiaan di Gaza.
Pemerintah juga menuntut penyediaan peralatan yang mendesak untuk memperbaiki kehidupan warga.
Pada tanggal 2 Maret, Israel melarang masuknya semua bantuan, makanan, dan medis ke Gaza, yang menjadi tempat bergantung 2,4 juta warga Palestina di Jalur Gaza setelah genosida yang sedang berlangsung membuat mereka miskin, menurut data Bank Dunia.
Israel telah melancarkan perang genosida besar-besaran terhadap warga Palestina di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, melakukan pembunuhan, penghancuran, kelaparan, dan pemindahan paksa, mengabaikan semua seruan dan perintah internasional dari Mahkamah Internasional untuk menghentikannya.
Perang yang didukung AS ini telah menyebabkan lebih dari 172.000 warga Palestina syahid dan cedera, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang dinyatakan hilang (Aljazeera/Kho).
Sumber: